AIMER - The Night Watcher

Hazsef
Chapter #62

Pengakuan

[30 Desember 2025] Kediaman Basel

Kemudian, waktu pun berlalu. Tak terasa sudah lebih dari 1 bulan sejak aku dirawat pertama kali di Rumah Sakit. Sekarang, aku sudah diperbolehkan pulang dan melakukan aktivitas seperti biasa, meskipun dengan sedikit perjuangan, karena tubuhku yang memang belum pulih sepenuhnya.

Namun, dalam masa pemulihan yang kupersiapkan untuk merancang rencana-rencanaku ke depannya, seseorang yang tidak terduga, tiba-tiba muncul lagi di hadapanku. Ya, dialah Ayana. Datang dengan wajah serius dan sedikit cemberut.

“Umm, kalau gak salah, Mbak kan yang dulu ada di-” tunjuk Basel sambil menyipitkan matanya, berpura-pura tidak kenal.

“Udah, Bas! Gak usah pura-pura. Aku tau kok kalo kamu lagi bohong!” tegas Ayana melayangkan tuduhannya.

“Hmm? M-maksudnya gimana ya, Mbak?” tanya Basel tampak panik, namun coba disembunyikannya.

“Sejak kejadian di Rumah Sakit waktu itu, aku selalu perhatiin kamu, dari dekat hingga jauh. Lalu pas kamu lagi bahas Hp sama bibi kamu ... gerak-gerikmu ... agak aneh," beber Ayana dengan tatapan menyelidik.

Dalam hati, Ayana sebenarnya tidak yakin. Ia hanya ingin kembali memastikan kebenarannya, dengan cara memojokkan Basel sejauh mungkin, meskipun tuduhannya tak berdasar.

"Hmm? A-aneh gimana maksudnya?" respons Basel mulai tak nyaman dengan arah pembicaraan ini.

"Ekspresimu ... persis kayak biasanya, kalo kamu lagi mau ngerjain orang. Keliatan licik ... dan nyebelin,"

"H-hah? Masa?"

"Iya, jawab yang jujur, Bas! Kamu sebenarnya-" tuduh Ayana secara terang-terangan, kini it tak bisa mundur lagi. Namun tiba-tiba, sesuatu yang tidak terduga terjadi.

"Ssstt ... kamu diem dulu, oke?" bisik Basel seraya membuat isyarat untuk diam, lalu menggiring dan mendorong tubuh Ayana ke tembok samping rumahnya.

Setelahnya, Basel pun menghela napas panjang, lalu mendesak Ayana, “haahh ... jadi, siapa aja yang tau rahasia ini?” tanyanya pelan, sedangkan wajahnya serius.

“Gak tau, kayaknya aku doang, Bas,” jawab Ayana santai, wajahnya sedikit merona, dengan senyum tipis yang menggemaskan.

Meskipun ia didesak sedemikian rupa, namun tak ada sedikitpun rasa panik di wajah cantiknya. Tampak jelas Ayana menikmatinya. Menurut begitu saja ketika pujaan hatinya membawanya ke tempat sepi agar bisa bicara berdua tanpa gangguan.

“Baguslah kalo gitu. Tapi tolong, kamu rahasiain ini dari yang lain, ya? Kalo nggak, aku bakalan bisa repot nantinya,” pinta Basel sedikit memelas.

“Kenapa? Kamu mau ngejar orang itu lagi, Bas?” tebak Ayana dengan nada lembut, namun tatapannya serius, memastikan apakah Basel masih bersikeras mengejar pembunuh bernama Hauzan itu atau tidak.

Mendengar pernyataan itu, Basel pun seketika terkejut. Hanya bisa diam seraya memalingkan muka. Sepertinya, tebakan Ayana tepat sasaran.

Lihat selengkapnya