[5 Januari 2026] Kantor Kepolisian Kota Malren - 19:15 WIB
Sesampainya di kantor kepolisian, Basel dan dua orang petugas lain yang mengantarnya, disambut di gerbang pintu masuk Polres yang dituju. Tepat sebelum masuk ke dalam, Basel menitipkan kantong kresek hitam berisi sampah bungkus coklat yang telah mereka konsumsi sewaktu di perjalanan tadi kepada Petugas Agung untuk dibuang.
Namun tiba-tiba, Kapten Dandy langsung menyela, dan menawarkan diri untuk menggantikan tugas itu. "Ah, tidak perlu! Biar saya saja! Kamu antar Basel untuk segera menyelesaikan urusannya di dalam, karena hari sudah malam," ujarnya.
"Ah, baik, Pak! Siap, laksanakan!" angguk Petugas Agung menyanggupi, lalu menoleh ke arah Basel seraya berkata, "ayo, Nak! Ntar keburu malem!" ajaknya ramah.
"Ah, baik, Pak!" angguk Basel setuju, lalu segera keluar dari mobil. Ketika ia berjalan, sekilas Basel melirik Kapten Dandy yang membuang kantong kresek hitam berisi bom asap kecil miliknya ke tempat sampah.
Perasaan lega seketika menyelimuti hati Basel. Seringai dan tatapan licik mulai terpatri di wajahnya yang tersembunyi oleh kegelapan malam di luar kantor polisi. Setelahnya, Basel pun mengikuti Petugas Agung menuju ke dalam kantor Kepala Bagian untuk izin mengambil kembali sepeda motor miliknya.
"Monggo, Nak! Nanti masuk saja ke dalam buat cek STNK, terus kamu bisa langsung ambil motormu di parkiran belakang," tutur Petugas Agung menjelaskan dengan ramah.
"Ah, baik, Pak Agung! Makasih ya!" ucap Basel dengan tulus.
"Sama-sama. Ya sudah, sudah waktunya pulang, saya tinggal dulu ya! Assalamu'alaikum, selamat malam!" pamit Petugas Agung yang tampaknya sudah tak sabar ingin kembali ke rumahnya.
"Wa'alaikumsalam!" balas Basel sambil tersenyum, lalu berjalan santai menuju ke ruang yang dimaksud oleh Petugas Agung. Tak lama kemudian, Kapten Dandy pun datang, lalu ganti mengantarkan Basel hingga sampai di depan pintu kayu besar yang terpampang papan nama bertuliskan "Ruang Inspektur".
“Permisi!” sapa Basel ramah, mengetuk pintu di depannya dan membukanya perlahan.
“Oh iya, silakan masuk!” jawab sebuah suara berat dari dalam, ternyata adalah Inspektur Ebert.
“Yang benar? Tak kusangka ternyata dia jauh lebih muda dari yang kukira,” batin Inspektur Ebert tak habis pikir, mengamati sosok Basel dengan sedikit perasaan takjub bercampur heran.
“Ah, baik!” angguk Basel seraya melangkah masuk dengan tenang, matanya langsung tertuju pada dua sosok yang duduk di balik meja besar.
“Anak itu ... jadi, dia adalah ....” Dokter Filozeki tampak terkejut, matanya menatap Basel dengan perasaan aneh. Tentu ini bukanlah kali pertama keduanya bertemu.
"Eh, Dokter Zek? Anda di sini?" Basel tampak bingung, karena dokter yang dulu selalu rutin merawat luka-lukanya ketika di Rumah Sakit, secara tak terduga ia temui di Kantor Kepolisian.
"Aku lebih suka jika kau tidak menyingkat namaku," jawab Dokter Filozeki mencoba tersenyum ramah, namun urat di dekat pelipisnya menyiratkan hal lain, seperti menahan rasa kesal atas sesuatu. Sementara di sisi lain, Kapten Dandy dan Inspektur Ebert tampak serius menahan diri untuk tidak tertawa.
“E-ehem! Selamat datang, Nak! Jadi, kamu yang namanya ... umm, Alpha ...?” tanya Inspektur Ebert sambil membuka lembaran berkas di depannya dan menyebut nama yang tertera di sana.
“Basel, Pak!” ungkapnya membenarkan, menjawab dengan santai, tanpa ekspresi.
“Ah, iya! Nak Basel! Benar! Tadi bawahan saya sempat menghubungi lewat telepon, katanya ada kesalahan teknis sehingga petugas yang ditugasi untuk mengangkut barang bukti, tidak sengaja mengangkut kendaraan pribadi orang lain. Sekali lagi, maaf ya! Atas ketidaknyamanannya,” tutur Inspektur Ebert tersenyum tipis, mencoba meredakan suasana.
“Ah, iya nggak papa, Pak! Kalau gitu, bisa saya ambil motor saya sekarang?” tanya Basel tanpa bertele-tele.
“Oh ya, bisa! Tapi sebelum itu, boleh saya lihat STNK-nya?” tanya kembali Inspektur Ebert sembari mengulurkan tangannya.
“Oh iya! Ini, Pak!” angguk Basel sembari menyerahkan STNK-nya, tanpa ragu.
“Coba kita lihat! Kendaraan dengan nopol N 8196 PB. Ya, ini asli! Silakan kamu ambil kembali!” angguk Inspektur Ebert seraya menyerahkan kembali STNK itu.
“Ah iya, makasih, Pak! Kalau gitu saya-” kata Basel sudah hendak beranjak, namun tiba-tiba suaranya terpotong.
“Bisa minta tolong dijelaskan benda-benda yang ada di meja ini, Nak?” celetuk Detektif Aftar tiba-tiba memotong pembicaraan, lalu menyodorkan beberapa benda-benda aneh yang menjadi barang bukti dari tiap kasus yang telah diselesaikan sebelumnya, yakni benang layang-layang dan sepasang bola kecil yang gosong.
“Eh, Pak Aftar?" Basel menoleh kaget, tatapannya sedikit terkejut melihat kehadiran Aftar di sana.
"Halo!" balas Detektif Aftar santai sambil tersenyum ramah. Senyum tipis yang menyiratkan banyak hal.