Pilihan itu mengambil dariku dua hal. Hal yang pertama kusyukuri. Semua perasaan bersalah dan gelisah yang kupendam sendiri, sekarang telah pergi. Hal yang kedua, aku tak tahu harus merasa bagaimana. Muse-ku mati. Bisa dibilang, akulah yang telah membunuhnya sendiri. Aku tidak bisa menulis puisi, setidaknya sekarang, jadi kuputuskan untuk membaca. Puisi dalam secarik kertas itu kusimpan baik-baik dalam sebuah buku. Aku sudah membacanya enam kali. Kali ini akan menjadi yang ketujuh. Aku menghela napas, mempersiapkan diri.
Aimer
dengan apa aku menebusnya
ejaan yang salah pada namamu dan
satu peristiwa yang diwartakan
oleh tenang malam ini
lewat usap di kepala bahwa
esok tetap datang