Beberapa minggu yang lalu, brosur kontes menari telah tersebar di seluruh belahan dunia, tak terkecuali Indonesia. Sebuah virus menyebabkan kontes tersebut berjalan tidak semestinya. Dengan adanya kemajuan internet, kontes tersebut tetap diselenggarakan melalui jalur daring.
Peserta yang mengikuti kontes diwajibkan mengirim vidio menarinya kepada panitia untuk di nilai, dan diambil lima puluh pemenang. Empat puluh pemenang terbawah mendapatkan uang pembinaan masing-masing satu juta rupiah. Sedangkan yang lolos sepuluh besar, harus mengikuti babak penyisihan lagi agar masuk lima besar. Mereka adalah salah satunya.
-o-
Aira Kirana.
Jakarta, Indonesia.
Seorang wanita tengah fokus membaca resep di hpnya sambil mengaduk adonan kentang. Tiba-tiba hpnya berdering menandakan sebuah panggilan masuk, dan nama Zoya tertera di layar. Ia menekan tombol hijau dan loudspeaker.
"Aira!! Vidio kita masuk sepuluh besar!!" seru Zoya penuh semangat.
"Emangnya, kita bikin vidio apa?"
"Vidio menari. Aku, Kamu, Ziya, dan Zeya ikut kontes menari. Ingat?"
"Oh iya, aku lupa."
"Kamu lagi ngapain?" tanya Zoya.
"Lagi bikin donat kentang."
"Mau, dong, Ra!" rengek Zoya.
"Sini, main ke kosan ku."
"Takut, ada virus berkeliaran."
"Yaudah, kapan-kapan aku masakin khusus buat kamu, deh. Ngomong-ngomong, Ziya sama Zeya kemana? Daritadi aku nggak denger suara mereka," ucap Aira penasaran.
"Biasa, lagi kencan online," jawab Zoya terdengar lesu.
"Kencan online? Emang bisa gitu? Gimana caranya?" Aira mendengar helaan nafas Zoya yang terdengar kesal.
"Itu cuma perumpamaan, Aira," Aira hanya mengangguk dan ber-oh-ria.
"Kamu nggak kencan online, juga? Ohiya, kamu kan nggak punya pacar," ucap Aira kemudian.
"Sendirinya juga jomblo, pake ngatain segala," sahut Zoya kesal.
"Siapa yang ngatain? Trus, kamu nggak ada niat buat nyari abang-abang, Joy?"
"Udah nggak nafsu sama abang-abang, mending aku makan. Bye-bye Aira!" ucapnya sebelum mematikan telepon.
Temannya satu itu sebelas-dua belas dengan babi. Bedanya, meskipun banyak makan, tubuh langsing Zoya tetap terjaga. Aira sempat menggelengkan kepala sebelum akhirnya kembali fokus dengan adonannya. Tiba-tiba, seseorang mengetuk pintu kamarnya.
"Eh, Shifa. Ada apa?" ucap Aira setelah berhasil membuka pintu.
"Aira, boleh numpang mandi, nggak?" tanya Shifa, tetangga kosannya.
"Boleh, kok. Mari masuk," sahut Aira mengantarkan Shifa ke kamar mandi.