Air Chrysalis

El Psycho
Chapter #3

Tangga Kedewasaan

Saori bersandar di dinding menunggu Jiro dekat pintu keluar toilet kafe. 

Ketika Jiro keluar, “Bosan ya?” ujar Saori yang tengah menyilangkan kedua tangannya.

“Apa? Apa kau ingin mengatakan bahwa aku telah mengacaukan kencan campurannya?!” Jiro menatap Saori dengan tatapan tajam.

“Ti-tidak! Hanya saja, itu akan mengganggu orang lain kalau kau terus bertingkah buruk,” jawab Saori yang terpampang kekhawatiran di wajah canggungnya. 

“Memangnya kenapa? Ini diriku yang biasanya, aku tidak terbiasa dengan hal ini.” Jiro merasa tak cocok berada di perkumpulan, apalagi ini kencan pertamanya bersama seorang wanita.

“Ah. Oke, jadi begitu?! Pikirku kau mengajak berkelahi”

“Kau tersinggung?”

“Ti-tidak,” Saori melambaikan kedua tangannya, sempat diam sesaat “aku juga begitu.”

 “Maksudmu?” 

“Aku itu, gimana ya,” Saori sedikit menundukkan kepala membiarkan ingatan masa lalunya mengucur, “bermasalah saat awal sekolah. Teman-teman saat SMP menganggapku culun, aku menggunakan kacamata dan perutku sedikit buncit tak pernah ada yang mengajakku kencan campuran. Jadi, aku sedikit mengerti apa yang kau rasakan,” terang Saori, lalu kembali menatap Jiro.

“Kacamata dan perut buncit?”

"Teman dekatku saat di SMP mengubah penampilanku, agar tak diremehkan saat di SMA. Dia mengubah caraku bergaul dan memberikan arahan diet padaku. Ya, meski dia sendiri tidak bisa melakukannya, tapi aku berusaha mengikuti saran darinya. Dan sekarang, aku jadi sedikit bisa bergaul." 

"Tapi, aku tidak punya teman selain disekolah."

“Hmm.” Ingatan lain ikut mengucur dari kepalanya ketika menatap mata biru Jiro, yang mengingatkan kepada gurunya. Saori merasa tidak berguna, dia mencoba menyerah pada gurunya. Tapi malah mencoba melampiaskan pada pria lugu di depannya.

 “Banyak hal yang tidak kau mengerti, karena kau belum terbiasa dengan hal ini. Tapi aku yakin, kau akan terbiasa nantinya.” Saori tersenyum pada Jiro, layaknya dokter yang memberi kabar baik bagi pasiennya. 

“Mengapa kau bertingkah seolah kau tahu? Walaupun kau baru dengan penampilanmu, aku yang sedari lama rapi saja tidak berani menggurui!” Seperti biasa Jiro berkata dengan ekspresi datar.

“Hei! Kau seharusnya tidak mengejekku, padahal aku mencoba menghiburmu! Setidaknya ..., ah sudahlah!” Saori mengerutkan dahi kesal dengan tingkah Jiro yang tanpa ekspresi. ‘Dia begitu rumit.’ batin Saori sambil berlalu meninggalkan Jiro. 

“Hei, tunggu!” Tangan Jiro mencegah Saori untuk pergi, “Mengapa kita tak membicarakannya sambil jalan-jalan?” 

“Eh, kenapa?!” Saori berbalik.

“Ikuti aku!” Jiro menarik tangan Saori tanpa penjelasan yang rinci.  

Saori pun berpikir bahwa dia sudah ingin pergi dari tempat ini dari tadi. Jadi, dia pun mengikuti permintaannya Jiro.

Mereka berdua pun beranjak pergi meninggalkan kafe tersebut. 

"Kau mau mengajakku ke mana?" tanya Saori.

"Ikuti saja!”

Mereka berjalan berdampingan tanpa bergandengan. Secara mereka belum saling kenal satu sama lain selain nama. Jadi mereka bungkam tak banyak bicara. Melewati beberapa lampu lalu lintas di setiap persimpangan. Dua puluh lima menit dari kafe mereka tadi, sampai di distrik berbeda yang lalu lintasnya lebih padat dari sebelumnya. Di beberapa persimpangan terdapat kantor-kantor besar, juga di sebelahnya terdapat studio-studio, toko-toko, dan pemberi jasa pekerjaan lainnya. Pantas jika distrik ini padat dan ramai. 

Setelah mereka sampai di koridor apartemen di distrik Konan, Jiro mengeluarkan kunci dari sakunya, lalu Saori bertanya dengan curiga "Hei, ini tempat tinggalmu?" 

Lihat selengkapnya