5. Buku Harian
Sekar menyapu sedangkan Hanin mengelap meja dan perabotan yang berdebu. Mereka terlihat begitu asyik.
Yok ayok, membantu Ibu.
Yok, Ayok membantu Ibu.
Mari kita menyapu lantai
Ambil sapumu lalu
Sapu, sapu, sapu.
Mari kita merapikan kamar
Susun, susun, susun
Semua bersih, semua indah
Ibu senang, kami gembira
Keduanya menyanyikan lagu yang biasanya mereka senandungkan saat di rumah. Sekar tidak yakin sudah berapa lama rumah ini tidak dibersihkan. Hanin juga merasa banyak sekali debu yang menumpuk.
“Apa yang kalian lakukan?” Om Benjo membawa tiga piring berisi makanan dari persediaan yang mereka dapatkan kemarin. “Duduk saja, tidak perlu menyapu, mengepel atau apapun!”
“Kenapa? Bukankah bersih-bersih rumah itu perlu?” tanya Sekar.
“Bunda dan Mamah selalu membersihkan rumah,” sambung Hanin.
“Utet juga selalu bilang kalau rumah yang bersih itu bagus untuk kesehatan.” Sekar masih terus menyapu, memasukkan debu-debu ke dalam serokan. “Di mana tong sampahnya Om Benjo?”
Om Benjo menunjuk pada sudut ruangan. Tong sampah terlihat penuh. Sekar dan Hanin menggeleng. “Debu akan kembali datang tidak lama setelah kalian menyapu. Jangan membuat diri kalian capek saja,” gerutu Om Benjo.
“Tidak masalah, kita akan bersihkan lagi besok,” sahut Sekar.
“Sia-sia saja. Debu akan kembali datang lagi dan lagi.”
“Kalau begitu kita bersihkan lagi dan lagi. Kata Utet tidak ada usaha yang sia-sia.”
“Benarkah?” Om Benjo tampak sedih.
Hanin dan Sekar mengelus kepala Om Benjo seperti yang biasa ibu-ibu mereka lalukan kalau mereka sedih. “Kata Utet selalu ada harapan. Karena Tuhan akan membantu.”
“Mbak Sekar, apa Tuhan juga akan membantu kita pulang ke rumah?” Hanin terlihat sedih, dia rindu pada orangtuanya juga Utet dan Om Aji.