8. Balon Udara
Setelah mendapatkan ilmu membuat roti dari Nyonya Goni, tambahan untuk bekal perjalanan serta minuman, Sekar dan Hanin merasa sudah waktunya mereka pamit, melanjutkan perjalanan mereka. Mereka harus bergegas. Sekotak kecil tepung ajaib yang dapat mengembang sendiri diberikan pada Sekar dan Hanin oleh Nyonya Goni. "Semoga kami dapat bertemu dengan kalian lagi." Nyonya Goni memeluk mereka.
"Terima kasih sudah membantu kami." Sekar dan Hanin menyalami satu persatu penduduk Padang Gandum.
“Sekar, Hanin!” teriak Rami sedih, gadis kecil itu bersembunyi di balik ibunya. “Kenapa kalian harus pergi?” Wajahnya tampak merajuk.
“Maafkan kami Rami, tapi kami ada tugas yang harus diselesaikan.” Hanin melambai. Kotak tepung berharga mereka simpan dalam tas yang mereka bawa. Sedangkan Hanin bertugas membawa tas dari anyaman bambu yang berisi beberapa roti.
"Semoga usaha kalian berhasil. Sehingga penduduk Negeri Gula bebas dari hukuman para peri." Nyonya Goni membalas lambaian.
"Dan kami bisa menikmati gula lagi." Tuan Goni tersenyum lebar.
"Amin." Sahut Sekar dan Hanin bersamaan.
“Hati-hati di jalan!” ucap semua penduduk Padang Gandum.
Perjalanan harus dilanjutkan. Masih ada begitu banyak bahan yang harus mereka dapatkan. Tuan Goni telah meminta seorang pedagang yang membawa kotak-kotak tepung untuk ditukar dengan berbagai bahan lainnya mengantar mereka ke tempat berikutnya.
Pedagang itu menggunakan balon udara. Dia tidak terlalu tinggi, tubuhnya. Mengenakan kacamata berwarna hijau terang dengan topi seperti tutup dandang. Wajahnya selalu dihiasi senyum lebar yang ramah. Selain itu suaranya mengingatkan Hanin pada Pak Amin pemilik toko di dekat rumah Utet.
"Waaah balon udara!" Hanin berlari mengelilingi keranjang besar yang di atasnya terikat sebuah balon berwarna-warni.
"Ini kereeen! Seperti di film!" Sekar turut mengagumi.
"Kita akan terbang dengan balon udara, asyik." Hanin melompat dan berjoget. Pak Niaga tersenyum.
"Ayo, kita masuk. Masih banyak tempat tujuan yang harus disinggahi." Pak Niaga membantu Sekar dan Hanin masuk. Setelah itu dia menaiki tangga dan menarik tali yang terikat pada sebuah pasak kayu.
“Sampai jumpa Tuan Goni! Sampai jumpa semuaaa.” Sekar dan Hanin melambai.
Balon udara naik perlahan. Sedikit demi sedikit mereka meninggalkan daratan dan mencapai angkasa biru. Tidak seperti delman Delina yang melaju sangat cepat, balon udara Pak Niaga terlihat santai. Bergoyang perlahan mengikuti hembusan angin.
"Pak Niaga, nantinya tepung-tepung ini dijual berapa harganya?" Sekar melihat tumpukan kotak tepung.
"Harga?" Pak Niaga menggaruk keningnya.
"Ya." Hanin ikutan bicara. "Lima ribu? Atau sepuluh ribu?" Gadis kecil itu menunjukkan kesepuluh jarinya. "Atau seratus ribu. Waaah bisa banyak uaaang." Hanin bertepuk tangan.
"Tidak-tidak." Pak Niaga menggeleng. "Ini akan ditukar dengan mentega, telur, sayur atau aneka barang lainnya."