12 . Kereta Api Pak Loko
Kereta api dengan warna ceria itu mengingatkan mereka pada kereta api pada taman bermain. Bagian depannya, lokomotif berbentuk teko teh, dengan warna biru. Atapnya serupa tutup teko dengan warna garis-garis biru putih. Sedangkan gerbong-gerbongnya berbentuk cangkir-cangkir teh dengan payung warna senada. Juga pada gerbong akhir ada yang berbentuk seperti stoples kaca bertutup kayu dibungkus kain kotak-kotak merah berpita putih. Para penumpang yang duduk di dalamnya, melihat langsung pemandangan dari kaca bening. Sedangkan gerbong cangkir, terdiri dari delapan cangkir aneka bentuk. Bulat, tinggi, berlekuk hingga bergelombang cantic. Tujuh cangkir yang begitu indah, berwarna-warni. Uap keluar dari cerobong teko, membentuk uap-uap kecil yang imut. Dan ajaibnya lagi, kereta uap Pak Loko tak membutuhkan rel seperti kereta api yang biasa Hanin dan Sekar naiki. Kereta itu berjalan mengikuti arahan Pak Loko. Meski tanpa rel kereta itu tidak menabrak atau membuat rusak apapun.
“Kereta uapnya pakai GPS kali ya Mbak?”
“Haduh, mana ada GPS di sini, Hanin. Dikira kayak naik mobil sama Om Aji yang pakai penunjuk jalan GPS?” Sekar tertawa.
“Siapa tahu….” Hanin memeletkan lidah, “kan kayak Om Aji tuh. Dua meteer lagi berbelok ke kiri. Jarak seratus meter lagi tujuan Anda akan terlihat. Tujuan Anda berada tepat di samping kiri Anda.” Hanin memang paling suka menirukan suara dari pemandu map saat mereka melakukan perjalanan ke luar kota.
“Anak-anak, bagaimana? Asyik?” tanya Pak Loko.
“Asyik, seru sekaliiii!” Hanin dan Sekar menjawab serentak.
Pak Loko memperbolehkan mereka duduk di sampingnya sambil mengemudikan kereta. Ketiganya lalu bernyanyi sambil menikmati pemandangan kiri kanan. Kedua bocah itu mengajari Pak Loko lagu yang biasa mereka nyanyikan di sekolah.
Naik kereta api tut...tut...tut...
Siapa hendak turut
Ke Bandung Surabaya
Bolehlah naik dengan percuma.
Ayo... kawanku lekas naik.
Keretaku tak berhenti lama.
Setelah bernyanyi mereka memandang pada kebun bunga aneka warna yang dilewati kereta api Pak Loko.
"Itu apa?" Hanin bertanya.
"Itu adalah Negeri Bunga," sahut Pak Loko.
“Cantik sekaliiii!” Hanin berteriak. “Ayo kita ke sana!”
"Kita tidak ke sana?" tanya Sekar.
"Tidak," jawab Pak Loko. "Tujuan kalian adalah untuk menemukan Desa Telur, jadi bukan itu tempatnya.”
"Yaaah," seru Hanin kecewa.
"Tapi," ucap Pak Loko lagi. “Kita akan berhenti sejenak mengangkut penumpang dari Negeri Bunga yang hendak menuju negeri lain.”
“Asyiik!” Sekar dan Hanin bersorak gembira.