Air Mata di Ujung Kiblat

Jiebon Swadjiwa
Chapter #3

Bab 3: Sebuah Buku

"Saat hati kita rapuh, kita akan menemukan cahaya di tempat yang paling tak terduga. Kadang, dalam kata-kata yang tak pernah kita cari."

Di tengah keramaian kota yang tak pernah tidur, Neisha menyusuri jalan setapak menuju sebuah toko buku kecil yang terletak di sudut yang tenang. Hari itu, angin berhembus lembut, membawa aroma kopi dan kue manis dari kafe di seberang jalan. Namun, hatinya tetap terasa berat, seolah beban kesedihan selalu mengikutinya, tidak peduli seberapa cerah cuaca.

Saat melangkah ke dalam toko buku, suara derit pintu kayu tua menyambutnya. Interiornya dipenuhi dengan rak-rak kayu yang dipenuhi buku-buku berdebu, mengingatkan Neisha pada dunia yang dulunya ia cintai. Ia mengamati sekelilingnya, merasakan ketenangan yang sering kali hilang dari hidupnya.

Di sudut ruangan, sebuah rak buku menarik perhatian Neisha. Di sana, terletak sebuah buku berjudul Dream Catcher, sampulnya sederhana namun menawan. Entah mengapa, ada tarikan kuat yang membuatnya ingin mengambil buku itu.

Dengan hati bergetar, Neisha meraih buku tersebut dan membukanya. "Apa yang kau sembunyikan di dalam dirimu?" gumamnya, seolah buku itu bisa mendengarnya. Halaman pertama terhampar, dan ia mulai membaca dengan seksama.

"Sebuah perjalanan ke dalam kegelapan sering kali membawa kita pada cahaya yang tersembunyi." 

Kata-kata itu seakan menyentuh jiwanya, mengalir seperti aliran sungai yang menenangkan. Di saat itu, Neisha merasa seolah sedang berbicara dengan seseorang yang mengerti rasa sakitnya. Ia teringat akan Gani dan semua kenangan indah yang terjalin antara mereka.

"Neisha, kau tahu betapa pentingnya setiap detik yang kita miliki?" suara Gani terngiang di telinganya, penuh semangat. "Setiap momen adalah kesempatan untuk menciptakan kenangan baru."

Mengingat hal itu, Neisha tersenyum, meski air mata menetes di pipinya. Ia melanjutkan membaca. Dream Catcher ternyata berisi monolog yang indah, mengekspresikan perasaan tentang cinta, kehilangan, dan pencarian makna hidup. Setiap kalimat seolah mencerminkan perjalanan emosional yang dialaminya.

"Ketika kita mencintai, kita juga siap untuk kehilangan. Dan dalam kehilangan, kita menemukan kekuatan yang tak pernah kita sadari ada."

Neisha terhenti sejenak. Kata-kata itu mengguncang hatinya. Dalam kehilangan Gani, ia merasa hancur, namun di dalam kehampaan itu, ia juga merasakan kekuatan untuk bangkit. "Ya, aku masih bisa berjuang," bisiknya. "Aku harus menemukan cahaya dalam kegelapan ini."

Di sudut toko, seorang pria asing yang tampaknya juga menjadi pelanggan, melihat Neisha. "Itu buku yang sangat bagus," katanya, senyumnya hangat. "Saya membacanya beberapa bulan yang lalu. Itu mengubah cara saya melihat kehidupan."

Neisha menatap pria itu, merasa seolah ada koneksi di antara mereka. "Kau juga mengalami kehilangan?" tanyanya, tanpa ragu. 

Pria itu mengangguk. "Ya, kehilangan adalah bagian dari hidup. Tapi, terkadang, dalam kehilangan itu, kita menemukan diri kita yang sebenarnya. Saya berharap buku itu bisa membantu."

Lihat selengkapnya