Air Mata di Ujung Kiblat

Jiebon Swadjiwa
Chapter #7

Bab 7: Kenangan yang Kembali

Pagi itu, suasana di rumah Neisha terasa lebih sunyi dari biasanya. Meskipun Dimas dan Dendi sedang bermain dengan riang di ruang tamu, ada perasaan yang menggantung di udara, seperti sesuatu yang besar akan terjadi. 

Neisha berdiri di dapur, menyiapkan sarapan sederhana, tetapi pikirannya melayang jauh ke pertemuan yang akan terjadi hari itu. Hari Minggu ini tidak seperti biasanya; hari ini, ia akan bertemu dengan Anjas, ayah dari anak-anaknya yang sudah lama pergi.

Neisha meraih cangkir kopinya yang sudah dingin. Ia hanya menyesap sedikit sebelum meletakkannya kembali. Hatinya berdebar lebih cepat daripada biasanya, seolah-olah bersiap menghadapi sesuatu yang tak terduga. 

Bagaimana nanti pertemuan ini? Apakah Anjas benar-benar sudah berubah? Dan yang paling penting, bagaimana reaksi Dendi dan Dimas jika mereka tahu ayah mereka ingin kembali?

Sejenak, Neisha memandangi kedua anaknya yang asyik bermain. Dimas yang lebih kecil tertawa ceria saat Dendi menggoda dengan pura-pura merebut mainan favoritnya. 

Pemandangan ini seharusnya membawa senyum di wajah Neisha, tetapi saat ini hanya menambah beban di hatinya. Sudah begitu lama mereka menjalani hidup tanpa kehadiran seorang ayah, dan Neisha telah berusaha sekuat tenaga untuk menjadi orang tua yang baik bagi mereka.

Neisha mengambil napas dalam-dalam. Sudah saatnya ia berbicara dengan Dendi dan Dimas, setidaknya memberi mereka gambaran tentang apa yang mungkin terjadi. Ini bukan percakapan yang mudah, tetapi ia tahu ia harus melakukannya.

"Dendi, Dimas, kemarilah sebentar," panggil Neisha lembut. Kedua anak itu menoleh, lalu berlari ke arah ibu mereka dengan senyum lebar di wajah.

"Ada apa, Bun?" tanya Dendi sambil duduk di kursi makan, diikuti oleh Dimas yang juga memandang Neisha dengan penasaran.

Neisha tersenyum tipis, meskipun hatinya berdebar. "Bunda ingin bicara sedikit dengan kalian. Ada yang penting."

Dendi dan Dimas saling berpandangan sebelum kembali menatap Neisha, kali ini dengan wajah yang lebih serius. Mereka jarang melihat ibu mereka dengan ekspresi seperti ini.

Neisha meraih tangan Dendi dan Dimas, merasakan kehangatan yang menenangkan. "Kalian ingat Ayah, kan?"

Dimas, yang masih berusia lima tahun, mengangguk kecil. "Ayah yang di foto itu, kan, Bun?"

"Iya, Nak. Ayah kalian," jawab Neisha lembut. "Hari ini, Bunda akan bertemu dengan Ayah."

Ekspresi Dendi berubah. Anak yang lebih tua ini sudah lebih memahami apa artinya pertemuan ini. “Ayah mau balik, Bun?”

Neisha tidak langsung menjawab. Ia merasakan beban pertanyaan itu, dan betapa pentingnya bagi Dendi untuk mengetahui jawabannya. 

"Ayah ingin berbicara dengan Bunda. Tentang kemungkinan untuk kembali bersama kita."

Dendi terdiam, tatapannya penuh keraguan. Sementara itu, Dimas yang lebih kecil hanya memandang kakaknya, seolah menunggu petunjuk tentang apa yang harus dirasakannya.

"Bagaimana perasaan kalian tentang itu?" tanya Neisha dengan hati-hati.

Lihat selengkapnya