Air Mata di Ujung Kiblat

Jiebon Swadjiwa
Chapter #13

Bab 13: Awal dari Sebuah Perjalanan

"Setiap perjalanan bukan hanya tentang langkah fisik, tetapi juga perjalanan ke dalam hati dan jiwa."

Neisha menutup buku 'Dream Catcher' yang tergeletak di pangkuannya, matanya terpaku pada jendela yang memantulkan bayangan samar dari sisa-sisa senja. Kata-kata di halaman terakhir bergetar di dalam pikirannya, seperti aliran air yang tenang namun mampu menghanyutkan. "Perjalanan menuju kedamaian di dalam hati..." gumamnya, suara lembutnya hampir terhempas oleh keheningan malam. Kedamaian itu terasa jauh, seperti bintang yang bersinar di seberang samudera yang belum pernah ia jelajahi. Ia sadar, perjalanannya belum berakhir, mungkin justru baru saja dimulai.

Anjas, dengan harapan yang membara, telah mengajaknya untuk menjalani perjalanan spiritual—umroh, sebagai tanda keseriusannya dalam membangun kembali rumah tangga mereka. Namun bagi Neisha, perjalanan ini bukan sekadar ritual fisik. Ini adalah sebuah pencarian yang lebih mendalam, perjalanan menuju pemahaman diri, menuju kedamaian yang telah lama lenyap dari sudut hatinya, seperti cahaya yang tersembunyi di balik awan kelabu.

**

Hari itu, di ruang tamu yang hangat, Anjas duduk di hadapannya. Matanya memancarkan keyakinan yang kuat, meski di balik itu tersimpan ketakutan yang ia coba sembunyikan dengan sepenuh hati. Neisha memperhatikan semua itu, merasa seolah melihat seseorang yang mengintip dengan ragu dari balik tirai yang tertutup, penuh harapan dan kecemasan.

“Aku tahu ini tidak mudah bagimu,” ujar Anjas, kata-kata yang sering dia ulang dengan suaranya yang bergetar halus di tengah keheningan yang terasa berat. “Aku hanya berpikir… mungkin dengan umroh, kita bisa menemukan apa yang selama ini hilang. Mungkin kita bisa memulai lagi, dari awal, dengan dasar yang lebih kuat.”

Neisha menatapnya dalam-dalam, mencoba mencari kejujuran di balik kata-kata itu. "Apakah benar ini niatnya? Ataukah ini hanya usahanya untuk memperbaiki citra di mata orang-orang?" pikir Neisha, namun ia menepis pikiran itu dengan segera. Ia ingin percaya. Ia ingin memaafkan, tapi rasa ragu masih menari-nari di sudut hatinya, menggoda dengan keraguan dan ketakutan yang selalu hadir ketika ia mencoba melangkah maju.

“Aku butuh waktu, Anjas,” jawabnya pelan. “Bukan karena aku tak ingin mencoba, tapi karena aku tak ingin terburu-buru mengambil keputusan besar lagi. Dendi… dia belum siap. Dan aku… aku juga belum tahu apakah aku sudah siap.”

Anjas menunduk, menghela napas panjang. “Aku mengerti,” katanya, suaranya rendah, nyaris seperti bisikan. “Aku hanya berharap kita bisa menjalani ini bersama. Bukan hanya sebagai suami-istri, tapi sebagai dua orang yang mencoba mencari jalan kembali ke hati satu sama lain.”

**

Malam itu, setelah percakapan singkat yang sarat makna, Neisha terbaring di ranjangnya, merenungi setiap kata yang meluncur dari bibir Anjas. Di sampingnya, buku Dream Catcher terbuka, halaman-halamannya menari lembut ditiup angin malam yang menyelinap melalui jendela yang sedikit terbuka.

Di tengah keheningan malam, suara monolog batinnya semakin membara, memenuhi pikiran yang lelah. "Apakah ini jalan yang tepat? Haruskah aku memberi kesempatan lagi pada Anjas?" Pertanyaan-pertanyaan itu menggema, seperti gaung di dalam gua yang tak berujung, mengusik hatinya. Neisha menyadari bahwa keputusan ini lebih besar dari dirinya dan Anjas. Ada anak-anak mereka yang perlu diperhatikan, dan luka-luka lama yang mungkin akan terbuka kembali, menambah beban di hati.

Namun, di balik semua keraguan itu, ada kekuatan yang mendorongnya kembali kepada Anjas. Bukan sekadar cinta yang pernah terajut, tetapi juga harapan untuk menemukan kembali kedamaian yang telah lama sirna. Dia teringat pada halaman terakhir yang dibaca tadi: "Setiap perjalanan menuju kedamaian adalah perjalanan yang penuh ketakutan, keraguan, tetapi juga keyakinan bahwa hati yang hancur bisa pulih kembali." 

Neisha menutup matanya, membiarkan kata-kata itu meresap ke dalam jiwanya, memberi kehangatan di tengah kegelapan malam yang sepi.

**

Lihat selengkapnya