Air Mata di Ujung Kiblat

Jiebon Swadjiwa
Chapter #16

Bab 16: Perjalanan Menuju Madinah

Hari kedua perjalanan dimulai dengan semangat baru. Setelah malam yang penuh istirahat, Niesha dan Anjas bersama rombongan bangkit pagi-pagi sekali untuk melanjutkan perjalanan mereka menuju Madinah. Kota yang penuh sejarah ini merupakan bagian penting dari ziarah mereka, dan kehadiran Masjid Nabawi menjadi tujuan utama hari itu.

Kamar hotel di Madinah sudah mulai ramai saat Niesha dan Anjas bersiap-siap. Keduanya mengenakan pakaian ihram yang sederhana, sesuai dengan aturan ibadah mereka. Anjas tampak ceria dan penuh energi, sementara Niesha terlihat lebih tenang dan pendiam. Meski Anjas berusaha untuk mencerahkan suasana, Niesha tidak bisa menepis perasaan yang terus menghantui pikirannya.

“Bagaimana kalau kita sarapan dulu sebelum berangkat?” tanya Anjas sambil menyeka wajahnya dengan handuk.

Niesha menoleh, mencoba tersenyum. “Tentu, aku akan siap dalam beberapa menit.”

Setelah sarapan ringan, mereka bersama rombongan memasuki bus yang telah disiapkan. Sepanjang perjalanan menuju Madinah, suasana di dalam bus cukup tenang. Beberapa jamaah terlihat asyik berbincang, sementara yang lain lebih memilih untuk duduk diam dan merenung. Niesha duduk di samping jendela, menatap pemandangan luar yang perlahan berubah saat bus melaju.

Saat bus memasuki kota Madinah, Niesha merasakan getaran hati yang tidak bisa dia jelaskan. Pemandangan di luar jendela berubah menjadi gambar-gambar historis yang mengingatkannya pada masa lalu. Ketika bus berhenti di dekat Masjid Nabawi, Niesha merasakan campur aduk perasaan—harapan, kecemasan, dan kerinduan.

“Kita sudah sampai,” kata Anjas, mencoba untuk mengalihkan perhatian Niesha. “Masjid Nabawi tampak sangat megah dari sini.”

Niesha hanya mengangguk. Dia merasa sulit untuk mengungkapkan perasaannya. Matanya masih terpaku pada masjid yang kini tampak semakin dekat. Begitu turun dari bus, dia merasakan keramaian di sekitar masjid. Jamaah dari berbagai penjuru dunia berkumpul, menciptakan suasana yang penuh khusyuk dan kekhidmatan.

“Bagaimana perasaanmu?” tanya Anjas sambil memegang tangan Niesha, mengajaknya memasuki area masjid.

Niesha merasakan pegangan tangan Anjas yang lembut, namun hatinya masih terasa berat. “Aku... agak terharu. Ini adalah pengalaman yang sangat berarti bagiku.”

Mereka melangkah bersama menuju pintu masuk Masjid Nabawi. Ketika memasuki area masjid, Niesha merasakan suasana yang damai dan tenang. Langit-langit masjid yang tinggi dan lampu-lampu gantung yang megah menciptakan suasana yang sangat menenangkan.

“Ini adalah tempat yang luar biasa,” kata Anjas sambil menunjukkan sekeliling dengan senyum lebar. “Mari kita mencari tempat untuk shalat.”

Lihat selengkapnya