Mobil melaju meninggalkan rumah Nisah. Tampak wajah keluarga yang sangat sedih akan kepergiaannya kecuali neneknya. Mama melambaikan tangan tanda perpisahan dengan putrinya. Tetes air mata berderaii di pipinya meninggalkan kampung halaman nya. Sesekali dia menghapus air mata nya di mobil dan selalu bergumam kalau dia harus kuat menerima kenyataan dan resiko yang dia lakukan. Nisah memandang tetesan air hujan dari jendela kaca mobil. Saat dalam perjalanan cuaca tidak mendukung. Hari itu hujan sangat lebat membuat Nisah kedinginan .Diambilnya sweter abu pemberian dari ayah tercinta kado ulang tahun Nisah saat berusia 16 tahun. Sweter itu membuat dia hangat seakan dalam pelukan Mama dan Ayahnya. Nisah baru ingat untuk mengabari Ayahnya. Dia kemudian menelpon ayah dan air mata kembalii berurai tak terhindar.
"Assalamualaikum Ayah.......... "
"Waalaikumussalam Nis, kamu kenapa sayang kok suaranya kayak menangis? "tanya Ayahnya dalam telpon."Nisah mau beritahu Ayah soal yang sangat penting yang terjadi hari ini mungkin mama belum kasi kabar ke Ayah, "ucap Nisah sambil terus menghapus air mata nya. "Iya sayang cerita aja Ayah akan dengar dan coba bantu kamu, "balas Ayah.
Nisah menceritakan semua kejadian hari ini.
"Ayah ....Nisah diusir nenek dari rumah dan sekarang Nisah udah dalam perjalanan ke Jawa, "unggah Nisah. "Astagfirullah bagaimana ceritanya sampai nenek usir kamu terus mama bagaimana, apa dia gak cegah kamu pergi? "tanyanya pada putrinya. "Mama sedih banget dan udah cegah Nisah pergi. Tapi ini keputusan ku Ayah untuk pergi aja dari rumah. Aku gak mau buat perselisihan dalam keluarga, meski berat tapi Nisah harus menjalaninya. Sebenarnya, Nisah tadi coba ngomong ke nenek untuk shalat dan kembalii ke jalan yang benar Ayah. Tapi nenek gak bisa terima itu semua. Sumpah serapah diucapkan nenek ke Nisah. Katanya Nisah anak sok menasehati dan anak sial. Itu kata nenek. Niat Nisah baik Ayah cuma disalah artikan sama nenek. Nenek terus tampar Nisah dan gak anggap Nisah sebagai cucu nenek lagi. Mama pingsan dengar semua itu,"cerita Nisah. "Ayah bangga sama kamu sayang udah sangat berani ngomong ke nenek. Ayah akan selalu dukung kamu ini udah jalan yang benar walau kamu harus nerima beban dan resiko sebesar ini. Maafin Ayah sayang gak ada saat kamu butuh Ayah tadi, seharusnya Ayah ada di samping kalian tapi apa daya udah kewajiban ayah untuk jauh demi menafkahi kalian, "ucap Ayah. "Gak apa-apa Ayah, Nisah akan kuat kok nanti di sana asal Ayah sama Mama selalu doain Nisah dan dukung setiap langkah baikku, "katanya. "Iya sayang soal biaya nanti Ayah transfer ke rekening kamu yah. Jaga diri baik-baik di sana. Kalau bisa nanti Ayah telpon Paman kamu dan kamu bisa tinggal di rumah nya."Gak usah Ayah Nisah kan punya tabungan. Nanti tabungan aku aja untuk kuliah. Nisah mau mandiri nanti Nisah akan sewa kontrakan aja. Aku gak mau nyusahin Paman nantinya. Nisah janji kok akan baik -baik aja. "Ya Allah Ayah sangat bersyukur punya putri seperti kamu Nis udah bisa mandiri dan gak mau nyusahin orang lain. Hmm iya sayang kalau ini keputusan kamu Ayah beri kamu izin untuk sewa kontrakan asal kamu bisa jaga diri. "Iya Ayah Nisah janji, "ucapnya. Nisah menangis tersedu berbicara kepada Ayah dan bercerita kepadanya. Bagi Nisah Ayahnya adalah cinta pertama seorang anak perempuan. Ayah kemudian menutup telpon .Hati Nisah sedikit lega udah cerita semuanya kepada Ayahnya.