Hari kedua Nisah sudah bersiap siap untuk ke kampus. Sebelumnya Nisah sudah mendaftar lewat online. Jarak kampus dengan rumah tidak terlalu jauh dari rumah nya. Dia cukup naik taxsi menuju kampus. Dengan pakaian rapi dengan tubuh semampai dibaluti jilbab berwarna keemasan membuat nya terlihat sangat anggun. "Ya Allah semoga hari ini di lancarkan, Aamiin."Diawali dengan bismillah dia membuka pintu rumah dan bergegas pergi. "Wah, Nis kamu cantik banget deh, "ucap Ibu Indri salah satu tetangga Nisah juga yang memujinya. "Heheh makasih Bu Indri, hari ini Nisah akan berangkat ke kampus. Doain Nisah yah semoga semuanya lancar, "ucap Nisah. "Tentu Nis kamu udah aku anggap sebagai anak sendiri, "ucap Ibu Indri tersenyum sambil membelai kepala Nisah. Dia kemudian berangkat dengan semangat baru. Meski pagi ini hari pertamanya masuk kampus tanpa seorang Mama dan keluarga nya. Dia tetap harus menjalaninya demi keluarga tercintanya. 20 menit Nisah sudah sampai di kampus yang begitu besar dan luas. Orang-orang bertaburan untuk datang seperti halnya Nisah untuk menuntut ilmu di hari pertama. "Hay selamat pagi, "sapa Dian salah satu teman seperjuangan Nisah yang juga kuliah di sana. "Pagi nama aku Nisah. Kamu siapa, "balas Nisah dengan hangat. "Nama aku Dian salam kenal yah dari aku, "balas Dian. Mereka berbincang -bincang berdua dan semakin akrab meski baru pertama bertemu. Nisah memang pandai dalam berbaur dan berteman dengan keramahannya.
Tak beberapa lama dosen datang dan semua mahasiswa masuk ke ruangan masing-masing. Tentu Nisah masih asing dengan suasana kampus dan wajah-wajah para mahasiswa di sini. Hari ini hanya perkenalan. Nisah dan mahasiswa lainnya memperkenalkan diri. Bukan hanya Nisah yang dari daerah lain kuliah di sana, banyak diantara mahasiswa di sana pun datang dari berbagai daerah di Indonesia dan memilih kuliah di sana. Selesai perkenalan Nisah dan Dian ke kantin untuk mengisi perut yang sedari tadi kosong tanpa makanan sedikit pun. "Nis kamu dari Sulawesi ke sini sama siapa?Kok jauh banget sih kuliah ke sini ,"tanya Dian. Nisah terkejut dengan pertanyaan Dian. Nisah tidak mungkin menceritakan semua yang terjadi pada Dian yang baru dia kenal. Nisah gak mau ada orang lain yang mengetahui masalah nya. "Gak apa-apa kok aku ke sini mau cari pengalaman baru sekaligus lebih mengenal dunia yang lebih luas, "jawab Nisah. Dian pun hanya mengangguk dengan jawaban Nisah. Dian perempuan yang cantik, putih, dan tinggi. Dian lebih tinggi dari Nisah. Dia pun dibaluti dengan jilbab berwarna abu yang terlihat begitu anggun sama halnya dengan Nisah. Semua urusan di kampus selesai, Nisah bergegas pulang. Rumah Dian dengan Nisah juga tidak terlalu jauh. Dian juga tinggal di kontrakan seorang diri. Dia seorang anak yatim piatu. Sejak SMP Dian sudah kehilangan kasih sayang dari kedua orang tua nya. Orang tua Dian meninggal karena kecelakaan yang tragis dan membuat nyawa kedua orang tuanya terenggut. Dian sempat cerita tadi di kampus. Dian begitu sedih menceritakannya pada Nisah, dia bercerita dengan beban yang sangat berat . Nisah turut prihatin dengan keadaan Dian. Nisah bersyukur masih memiliki kedua orang tua yang sayang padanya dan selalu mendukung nya dalam hal kebaikan dan akan menasehatinya ketika dia berbuat salah. Meski baru kenal Dian tak sungkar bercerita dengan Nisah. Bagi Dian, Nisah orang yang baik dari nada bicara dan penampilannya saja sudah terpancar, dia mempercayai Nisah dengan sepenuh hati. Nisah juga mengajak Dian untuk menginap sesekali ke kontrakan nya agar ada yang menemaninya. Dia merasa kesepian tinggal di kontrakan sendiri tanpa ada canda tawa dari adiknya dulu.
Sesampai di rumah,dia tak lupa untuk menunaikan ibadah shalat dan selalu berdoa kepada Allah agar segala kesulitan nya segera terselesaikan dan selalu dilindungi dari orang-orang yang jahat kepadanya. Nisah makan siang seorang diri di restoran. Dengan termenung sendiri menatap makanan yang belum di lahap nya. Dia makan di restoran karena Nisah belum terlalu pandai memasak lagipula dia belum membeli bahan makanan di rumah.