Ketika aku membuka mata hal yang permata yang aku lihat adalah sosok wanita cantik yang mengenakan kebaya berwarna ungu kebiruan sedang tersenyum kepada ku. Wanita Cantik itu mengenakan mahkota yang sangat mewah di kepalanya.
Indera penciuman ku mecium wangi bunga yang sangat harum dan bau khas lautan dari tubuh wanita tersebut, wajah wanita itu sangat tirus dan kulitnya begitu mulus. Matanya yang berwarna biru laut sangat menghipnotis ku. akan tetapi ketika aku perhatikan lebih detail gigi seri wanita yang berdiri di hadapan ku sangat runcing tidak seperti manusia pada umumnya.
Dibelakang wanita itu berdiri seorang pria berbadan tegap bertubuh kekar, matanya merah menyala seperi api yang berkobar. Wajah pria tersebut terlihat dingin dan tegas serta tanpa ekspresi.
“Nak...apakah dirimu baik-baik saja?” Wanita cantik itu bertanya kepada ku.
“a...aku baik-baik saja...eeeh.” lidah ku terasa sangat keluh dan ada ke engganan dalam diriku untuk menatap wajah wanita cantik tersebut lebih dari beberapa detik.
Seolah-olah wanita cantik yang ada di hadapan ku mempunyai sebuah aura aneh yang mampu membuat siapapun yang memandangi wajah cantik menjadi takut dan tidak berani terlalu banyak bicara.
“andai saja aku memiliki kemampuan seperti wanita cantik yang sedang berdiri di hadapan ku saat ini!” batin ku penuh harap sambil tersenyum tipis.
Wanita Cantik itu tersenyum lembut kearah ku lalu dia duduk di ranjang tempat ku berbaring. Aku juga baru mengetahui bahwa diri ku sedang berada di ranjang ketika wanita cantik tersebut duduk disamping ku.
“Nak, mengapa kau ingin bunuh diri di pelabuhan ratu yang menjadi tempat kekuasaan ku?” tanya wanita cantik itu dengan nada yang menghipnotis.
Lalu dalam beberapa tarikan nafas aku baru tersadar, “apa aku tidak salah dengar, anda tadi mengatakan daerah kekuasaan? Apakah anda ini Gubernur daerah Sukabumi? Tapi setahu ku Gubernur Sukabumi berjenis kelamin pria bukan wanita.” Ucap ku sambil tersenyum malu.
“Lancang sekali kau anak manusia...!” Lelaki bertubuh kekar dan tegap dengan mata merah itu dia menghardik ku dan suaranya sangat besar dan menggelegar bagaikan suara sebuah guntur.
Akan tetapi wanita cantik yang duduk di tepi ranjang ku yang berwarna ungu mengangkat tangannya memberikan isyarat kepada lelaki tersebut untuk diam dan tidak perlu mempermasalahkan perkataan ku.
“Sendiko Ratu !” ucap lelaki tersebut dengan penuh hormat sambil sedikit membungkukan badannya kepada wanita yang ada di dekat ku.
“Nak, kita belum berkenalan secara resmi. Aku adalah Jin Penguasa seluruh lautan Indonesia, nama ku Ratu Kencana Wungu. Pria itu adalah patih Lodaya panglima perang kerajaan ku! boleh aku mengetahui siapa nama mu nak?” Ratu Kencana Wungu berkata dengan intonasi rendah dan sangat menenangkan.