Teriakan Pandu yang kencang menarik perhatian pak Kades, Bapak ku dan juga warga lainnya yang masih ada di teras rumah ku. bahkan Pak Ustad yang baru siuman segera menatap ku sambil memicingkan matanya.
Karena posisi ku saat ini cukup aneh, semua orang yang ada di rumah ku melihat aku sedang berdiri menghadap sebuah pohon beringin besar dan ekspresi wajah ku seperti seseorang yang sedang dalam keadaan mod yang sangat jelek.
“Kanaya.....?” Gumam bapak lirih sambil memandangi ku dari atas kebawah.
“Pak Somad itu beneran Kanaya yang hilang tertelan ombak besar di pelabuhan Ratu atau jin?” seru Pak Sutad Zulkifli lantang.
“Coba pak Somad lihat kakinya menapak ketanah atau tidak?” seru Pak Kades yang ketakutan sambil menutupi wajahnnya akan tetapi Pak Kades masih berusaha mengintip dan melihat ku dari celah-celah jarinya.
Mendengar ocehan mereka aku menjadi sebal dan langsung menggelembungkan pipi ku sambil menatap pak ustad dan pak kades.
“mana ada jin yang mengenakan celan jeans dan sweater seperti ini!” dengus ku sebal.
“Jin 3035 pasti sudah maju tidak seperti jin era 90-an!” Pak Kades menimpali ucapan ku sambil membakar rokoknya dengan tangan gemataran.
“benar, kemarin saya bawa penumpang berpakaian seperti orang yang akan pergi kekota. Ga taunya penumpang saya buka orang melainkan setan. Mba ini setan apa manusia?” timpal sahabat karib bapak yang bernama Kasman.
Pak Kasman yang sering kusapa dengan panggilan Pakde, berprofesi sebagai Ojek Online dan memang dia sangat sering di ganggu oleh makhluk halus ketika narik malam.
“ya allah Pakde, ini aku Kanaya!” gumam ku sambil mencibir kesal dan berjalan kearah rumah ku.
Para pria selain Bapak ku dan Pandu, semuanya mundur beberapa langkah ketika aku berjalan mendekati pagar rumah ku, termasuk pak ustad Zulkifli.
“eh, tunggu jangan maju dulu, kami masih belum yakin bahwa kamu memang benar Kanaya!” seru pak ustad sambil menatap ku, “klo sampean masih nekad saya akan bacakan ayat kursi supaya kamu terbakar!”
Aku yang mendengar hal itu langsung tertawa, pak ustad Zulkifli ingin terlihat berani akan tetapi kakinya sendiri sudah gemetar ketakutan ketika mengatakan hal itu.
“ayo pak mari kita baca ayat kursi bersama-sama untuk membuktikan aku adalah manusia dan bukan setan!” aku menantang pak ustad karena aku sudah bingung harus membuktikan dengan cara apa lagi kepada mereka klo aku ini manusia bukan jin atau setan.
Tiba-tiba Pandu berlari kearah ku, “Kakak!”
Aku langsung memeluk adik ku Pandu yang baru berusia sepuluh tahun. Ketika dia menghampiri ku, diluar kuasa ku air mata ku berlinang membasahi pipi ku ketika aku memeluk erat tubuh Pandu.