Di dalam mobil sedan berwarna hitam, Desi duduk di bangku belakang sambil tersenyum licik.
"Sampai kapanpun, aku nggak bakalan sudi buat memiliki seorang keturunan dari wanita itu,” Desi menyeringai sambil menggumam. Dia menatap ke jendela mobilnya.
Desi mulai mengingat kelicikannya. Dia telah mencampurkan obat penunda kehamilan di setiap makanan yang telah diberikannya kepada Yusuf dan Fatimah.
Tadi pagi, Desi memasak ayam bumbu kecap favorit Yusuf. Dia mencampurkan sedikit bubuk obat penunda kehamilan. Dia membelinya dari seorang apoteker yang telah dia percaya.
“Bagaimana bisa wanita itu bisa hamil, kalau dia makan makanan itu?” Desi tersenyum licik. “Akan kupastikan wanita itu menjauh dari keluargaku untuk selamanya.”
Mobil sedan berwarna hitam itu melaju begitu sangat kencang sekali menyapu jalanan kota. Wanita itu yang terlihat begitu sangat bahagia sekali, ketika melihat kemenangannya selangkah lagi. Dia ingin sekali memisahkan antara Fatimah dengan Yusuf.
*
Di sebuah rumah kontrakan, terlihat dua orang wanita yang sedang bincang-bincang. Mereka yang terlihat begitu sangat bahagia.
“Sebentar lagi, kita tidak akan pernah hidup miskin seperti ini Mama! Emang ya Tante Desi itu bodoh sekali!”
“Sayang, kalau bisa kamu itu buat istri dari Yusuf itu pergi untuk selamanya. Jadi setidaknya kamu bisa menguasai keluarga Yusuf. Karena Wanita itu akan menjadi penghalang kita untuk mendapatkan semua aset yang telah dimiliki oleh keluarga Yusuf saat ini.”
“Itu sih gampang. Gea akan melakukan segala cara menyingkirkan wanita itu dari kehidupan Mas Yusuf dan keluarganya. Karena dia juga nggak mau dijadiin yang kedua.”
Kemudian Gea dan ibunya pun saling bertatapan satu sama lain. Mereka pun tertawa bersama sambil menikmati secangkir teh.
*
Pukul 05.00 sore menjelang senja, Fatimah pun berdiri di atas balkon kamarnya. Dia menikmati suasana sore hari. Kemudian dari belakang Yusuf pun melingkarkan kedua tangannya di pinggang Fatimah.
Yusuf langsung menumpukan dagunya di bahu kanan Fatimah. Dia mulai mengeratkan pelukannya.