Air Mata Persandingan

Nafisah
Chapter #1

Chapter 1

"Dasar anak tidak tahu diuntung! Ayah carikan berlian kamu ingin batu bata. Di mana akal sehat kamu, hah!" pak Hendrik menampar wajah mulus putri kesayangannya. pria tua itu tak percaya betapa keras kepalanya Rena, berkali kali ia mencoba menjodohkan anak gadisnya dengan lelaki kaya dan mapan namun hasilnya selalu sama berakhir dengan penolakan. 

"Berapa kali Rena harus katakan pada Ayah Nana sudah dewasa Yah, Rena juga sudah memiliki kekasih. Apa Ayah lupa?" Rena memegangi pipinya yang terasa pedas karena bekas tamparan tadi. Marah dan sakit hati Rena rasakan, mengapa ayahnya tidak mengerti dan membiarkan Rena bahagia dengan cintanya. padahal ia sangat yakin jika Ardi merupakan sosok yang baik, yang bisa membahagiakan dirinya.

"Ayah tidak melupakan hal itu, tetapi kamu harus ingat. sampai kapunpun Ayah tidak akan pernah merestui kalian dan Ayah juga tidak sudi punya menantu miskin seperti Ardi, cih!" sarkas pak Hendrik. 

"Cukup! Apa yang salah dengan Ardi yah, meski dia tidak kaya setidaknya dia punya cinta yang tulus buat Nana," bela Rena.

"Cinta? Apa dengan cinta kamu akan kenyang? Kehidupanmu akan terjamin? Ingat Rena setiap orang itu membutuhkan uang, apalagi orang yang sudah berumah tangga kebutuhannya akan lebih banyak lagi. Jadi berhenti memikirkan cinta dan berfikirlah secara realistis," ujar pak Handrik. 

"Sudahlah, pecuma aku bicara sama Ayah, karena sampai kapanpun ayah tidak akan pernah mengerti Rena." Rena pergi dari hadapan pak Hendrik dengan perasaan marah bercampur emosi.  

Melajukan mobil dengan kencang ia tahu kemana ia harus berlabuh di saat ia sedih dan marah. Hanya seseorang yang mampu menenangkan hatinya, Ardi pemuda tampan dengan beribu pesona kekasih yang selalu Rena banggakan.

Mobil terparkir cantik, sebelum turun Rena merias wajahnya agar Ardi tidak mengetahui mata sembabnya akibat menangis. 

"Sempura." Rena berguman pelan.  

Turun dari mobil mewah miliknya, banyak orang yang melihat ke arahnya wajah ayu nan elok memikat para lelaki yang ada di sekitarnya sehingga kaum hawa dibuat iri dengan makhluk ciptaan tuhan satu ini. 

Rena mempercepat langkah kakinya memasuki cafe yang yang ada di kawasan mampang jakarta selatan. Sampai di dalam ekor matanya menelisik setiap inci ruangan tersebut lalu melambaikan tangan ketika netranya menangkap sesosok lelaki jangkung berwajah tampan. 

"Hei!" serunya seraya melambaikan tangannya. 

Pemuda itu tersenyum manis menyambut kedatangan Rena berjalan ke arah Rena membawa baki kosong. 

"Sayang gimana kabarnya?" tanya Rena ketika Ardi sudah berada di hadapannya. Ingin sekali gadis itu memeluk kekasihnya tetapi ia sadar diri ini tempat umum bukan tempatnya bermesraan. 

"Heem Harusnya aku yang nanya kaya gitu." Ardi mengusap rambut Rena dengan lembut. "baiklah sekarang kamu duduk dulu, aku ke belakang sebentar, oke."

Lihat selengkapnya