Akan ada masa dimana buku nikah palsu.
Akan ada masa disahkan nikah secara siri.
Akan ada masa dinikahi beda agama demi hasrat.
Akan ada masa ditiduri tanpa ikatan pernikahan.
Akan ada masa ditutupi kedok atas tiang agama.
Ini semua demi suatu hajat dalam kata “Halal” dan kesenangan semata.
Ada kalanya dia baik untuk dunianya, tapi bukan duniaku.
Ada kalanya dia ‘sehat’ untuk dunianya tapi bukan duniaku.
Ada kalanya dia normal untuk dunianya tapi bukan duniaku.
-Sahara Medina-
Bismillahirrahmannirrahim.
Ini kisah nyataku seorang gadis Indonesia yang lahir dan tumbuh dewasa di Jeddah, Arab Saudi. Bapak dan ibu menetap di sini cukup lama, sekali-kali kami liburan sekeluarga ke Jakarta untuk melepas rindu kepada keluarga kemudian kembali lagi ke Arab.
Namaku Sahara Medina berusia 30 tahun. Ini adalah cerita tentang pengalamanku dengan yang namanya cinta. Mungkin orang-orang beranggapan bahwa hal ini biasa, tapi … tidak bagiku.
Sederhana, aku tidak pernah memulai sinyal perasaan kepada lawan jenis dan kebetulan juga orangtuaku melarang keras anaknya untuk pacaran sebelum menikah.
“Ketika firasat ibu adalah benar. Jangan pernah sekali-kali memalingkan wajah darinya karena tangisnya adalah doa.”
Aku tidak pernah bermimpi apa yang kulihat adalah nyata, tidak berharap apa yang dialami dalam sinetron dan drama Korea akan benar-benar terjadi padaku.
Ketika suratan takdir harus berakhir dengan pengkhianatan dari cinta yang tumbuh dengan ikhlas dan tulus.
Ketika aku harus memilih hidup diantara cinta orangtua atau kekasih baruku, pria dewasa dengan status duda.
Bertepatan satu minggu tiba di Jakarta, aku terpatung tak berdaya di depan kost Jakarta 49 pada tanggal 22 Juni 2019. Kedatanganku secara spontan adalah sebuah kejutan untuk Mas Joe. Namun, kenyataannya tidak sesuai dengan harapanku. Dunia seolah terbalik 360 derajat. Putaran bumi seolah terhenti dan aku terpukul dengan dahsyat.
“Dia dan istrinya keluar tadi pagi, Mbak. Sudah dua hari ada istrinya di sini. Yah, satu bulan bisa 2 sampai 3 kali dia datang," terang mas penjaga kost tersebut, setelah mengetahui nama penghuni kost yang dimaksud.
Mulut dan hatiku seolah-olah tak bisa lagi mengucapkan kata-kata. Aku terdiam dalam banyak pertanyaan.
Istrinya?! Sejak kapan ia memiliki istri?
Aku yakin bahwa Mas Joe belum menikah lagi sebab baru saja ia mengirimkan foto akta surat cerai dan e-KTP dengan tertulis cerai hidup. Status duda 5 tahun sejak tahun 2015. Aku tidak pernah curiga kepadanya sedikitpun karena kami saling percaya.
Entah mengapa ibu terus memaksaku untuk menemaninya liburan bersama berdua. Sementara, bapak akan menyusul ke Jakarta bulan depan. Aneh. Aku ragu akan sikap ibu yang dari awal tidak menyetujui pada hubungan ini, seolah-olah memberi peluang kepadaku dan Mas Joe untuk bertemu.
Jauh dari itu, getaran hatiku bersuara. Aku ingin meyakinkan betul padanya, apakah Mas Joe serius padaku? Betulkah akan menikahiku karena usia diantara kami sangat jauh terpaut belasan tahun?
Allaahu Akbar, Allaahu Akbar.
Allaahu Akbar, Allaahu Akbar.
Asyhadu allaa illaaha illallaah.
"Ya Allah!" jerit batinku agar diberi kekuatan.
"Adzan, aku harus ke mana?" aku berdiri ditengah suara panggilan adzan dari dinding sebelah.
"Mas, ada Mushola?" tanyaku kepada penjaga kost-an itu.