Tiba-tiba aku teringat akan petuah ibu, “Apapun yang kita kerjakan selalu kaitkan pada Allah, kaitkan pada Allah, kaitkan pada Allah, maka kamu akan aman di muka bumi ini.”
Suara motor sangat mengganggu pendengaranku seolah gendang telinga ini hendak pecah. Tanganku meraih ujung jaket abang Grab untuk memberi kekuatan pada diri ini dan mencoba bertahan mengikuti laju kendaraan.
Tangisanku pecah pikiranku membuyar saat melewati sorotan lampu-lampu malam. Antara pantulan sinar remang mobil, motor dan penerangan jalan raya membuat tangisku yang tertahan ini terasa ingin lepas, aku bingung harus mengadu pada siapa.
‘Ke mana aku harus pergi? Ini apa? Kenapa aku harus mengalaminya? Ya Allah, apa ini? Aku tidak mau suudzon tetapi tidak mungkin huznuzon. Aku manusia lemah.’
Lemah sekali aku ini!
Jeritan hati ini membuatku berkali-kali mengucapkan istigfar, mencoba menguatkan diri. Batinku menyerukan untuk tetap kuat dan harus kuat. Lagi-lagi batinku menjerit, “Aku? Serius ini aku? Terjadi padaku? Mengapa bisa?”