Air Mata Yang Diharamkan

Temu Sunyi
Chapter #4

Seorang Anak, Bukan Pelindung


Malam berikutnya, aku mendengar suara piring pecah. Kemudian suara ibu berteriak—lalu membisu.

Aku keluar dari kamar, melihat ibu tergolek dengan darah di dahinya.

Ayah memandangku dengan mata merah dan langkah sempoyongan.

“Kenapa lihat-lihat? Mau ikut dipukul juga?” katanya.

Aku maju satu langkah. Untuk pertama kalinya aku berdiri di antara ayah dan ibu.

Tubuh kecilku gemetar, tapi hatiku sudah terlalu penuh oleh rasa muak.

“Jangan sentuh ibu lagi.”

Aku tak tahu dari mana keberanian itu berasal, mungkin dari cinta, atau mungkin dari luka yang terlalu lama dipendam.

Ayah terdiam sebentar, lalu tertawa.

“Anak kecil belajar jadi jagoan, ya?”

Dan aku pun terhuyung, karena tamparan itu mendarat lebih keras dari sebelumnya.

Lihat selengkapnya