Air Mata Yang Diharamkan

Temu Sunyi
Chapter #5

Pagi yang Tidak Pernah Baru


Pagi telah menjelang, matahari kembali menyelinap lewat sela-sela atap bocor,

namun cahayanya tak pernah cukup untuk menghangatkan hidupku.

Aku terbangun, bukan karena mimpi, tapi karena nyeri yang sudah seperti sahabat lama.

Ada lap di sampingku, basah dan mengering sebagian.

Sepertinya, saat aku tertidur karena lelah menangis tanpa suara, ibu datang diam-diam…

membersihkan lukaku tanpa mengeluh sedikit pun.

Tubuhku berdenyut, kulitku masih perih, tapi aku sudah biasa.

Karena sejak usia yang bahkan belum mengerti arti “sakit”,

Lihat selengkapnya