Air Mata Yang Diharamkan

Temu Sunyi
Chapter #7

Ibu yang Pernah Percaya Cinta


Pagi masih menggigil. Dan ibu—masih seperti kemarin—menyapu lantai yang tak pernah betul-betul bersih.

Bukan karena debunya terlalu banyak. Tapi karena yang kotor bukan rumah ini, melainkan hidupnya.

Ia menyapu pelan, dengan gerakan hati-hati, agar tak membangunkan suaminya yang tertidur di sofa.

Lelaki itu—ayahku—masih bergelung dalam mimpi murahan yang dibeli dari botol semalam.

Puntung rokok bertabur di lantai seperti bintang mati.

Ibu tidak menangis. Ia hanya menatap, sebentar... lalu menunduk.

Mungkin berharap bisa menyapu juga isi kepala lelaki itu.

Lihat selengkapnya