Air Terjun Misterius

Eddy Tetuko
Chapter #4

Bertekad Menemukan


"Sudah, sudah! ... jangan buat keributan! Pak Raymond akan menyampaikan peralatan apa saja akan di bawa nanti. Juga beberapa panduan keselamatan harus kalian turuti." Andin meminta anak-anak menyudahi keributan.

Raymond menegaskan lagi. "Saya perlu mengingatkan kepada kalian, bukan untuk menakut-nakuti. Tapi ini penting, bila mana nantinya ada yang cidera atau apa pun, itu bukan dianggap sebagai kecelakaan kerja. Karena bukan di wilayah konsesi area pertambangan kita. Jadi, akan menjadi tanggung jawab kalian masing-masing. Bisa, dimengerti?"

Semua menyahut "Dimengerti, Pak."

Raymond melanjutkan lagi "Karena ini keinginan kalian sendiri, di luar jam kerja, segala resiko akan kita tanggung bersama. Saling menjaga keselamatan satu sama lainnya. Semua wajib menggunakan rompi, pelampung, sepatu. Bawa makanan minuman secukupnya. Jangan lupa perlengkapan, Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan. P3.K."

"Wah, boleh juga pengarahan dari Pak safety kita, sepertinya perduli sekali dengan keselamatan kita," puji Dewi, berbisik kepada Arief.

"O, ya, satu lagi. Kita perlu tambang, bila mana nanti menemukan arus deras di sungai. Kalian bisa mengikatkan badan satu dengan yang lainnya, agar tidak ada yang terseret arus. Segala kemungkinan harus kita antipasi. Mbak, Andin, mau menambahkan?" 

"Tentukan kapan kita berangkat, kalau bisa pagi-pagi, agar menjelang sore nanti kita bisa kembali ke base camp. Kita perlu dokumentasi, jadi jaga kamera dan ponsel kalian," ujar Andin menambahkan.

Marcel memberikan usul kepada Andin. "Bagaimana lusa kita berangkat, Mbak? Besok kita observasi lokasi dulu, sembari menanyakan, siapa tahu ada warga desa pernah ke sana."

Idemu bagus, sekalian cari tambang akan kita gunakan, Bisa, kan?" Raymond memuji Marcel.

Siap, Pak! Nanti saya bersama teman-teman akan mengusahakan mencari sampai dapat," janji Marcel.

"Sepertinya sudah cukup diskusi kita malam ini. Sekarang kalian istirahat, pastikan segala sesuatunya dapat dipersiapkan dengan baik." Raymond mengakhiri diskusi malam ini.

Serentak anak-anak membubarkan diri menuju kamarnya masing-masing.

Tinggal Raymond dengan Andin. Raymond sudah memutuskan akan ikut serta memimpin perjalanan guna menemukan. "Air Terjun Misterius."

"Terima kasih, Mas, pengarahannya. Mas, tidak keberatan, kan, Nantinya menemani Andin, ikut bersama, mereka?"

Raymond tidak bisa mengelak "Suatu kehormatan bagi saya, bisa mengawal, Mbak Andin, nantinya."

Berbunga perasaan Andin, ingin rasanya memeluk Raymond. Tapi malu.

Di balik itu akan menjadi beban berat bagi Raymond, mengingat ini bukan perjalanan biasa. Raymond bisa memperhitungkan resiko, dan bahaya akan dihadapinya.

Apa lagi akan mengawal Andin, nantinya. Ada firasat yang tidak bisa dijelaskan. Tidak mungkin juga melarang, atau menolak. 

Ini wilayah hobi anak muda jaman sekarang, suka mencari tantangan, petualangan baru. Sesuai pasion, hasrat, dimilikinya.

Membuat dirinya susah tidur memikirkan hal ini. Bayangan Andin akan ikut serta dalam rombongan, membuat hatinya resah, dan gundah.

"Bagaimana seandainya terjadi banjir bandang?" Sempat menghawatirkan Raymond.

Akan tetapi Raymond pernah mendengar dari warga setempat, tidak pernah terjadi banjir bandang di sungai, selama beberapa tahun ini.

Pada pagi hari berikutnya Raymond terbangun, melihat jam, sudah hampir jam, delapan pagi. Kesiangan, bergegas mandi.

Dengan mengenakan pakaian seragam, buru-buru menuju kantin. Sudah ditunggu rupanya.

"Selamat pagi, Pak Budi, Ibu Dian, Mbak Andin. Maaf, kesiangan bangun," sapa Raymond.

Ibu Dian, membalas. "Kami bertiga sudah selesai sarapan. Tumben kesiangan, Pak Raymond ... memang banyak nyamuk di kamar, semalam?"

"Bukan itu, Bu, semalam agak kurang enak badan, saja," jawab Raymond.

"Mungkin terlalu capek, Pak Raymond ... hari ini tidak usah kelapangan dulu. Toh, tidak ada kegiatan di sana, Saya berencana dengan, Ibu Dian, akan ke kota pagi ini, untuk menyampaikan laporan," imbuh Pak Budi.

"Mbak, Andin, akan ikut ke sana, juga?"

"Nggak, ikutan kok, kita kan, rencana mau survey ke bawah pagi, ini," jawab Andin.

"Besok kalian beneran, nih, mau berangkat dengan anak-anak berburu air terjun, itu?" Ibu Dian ingin memastikan.

"Melihat tekad-anak anak ingin sekali ke sana. Saya akan mengawal mereka, Bu.Juga, Mbak Andin, tentunya. Rencana lusa besok berangkatnya."

"Baguslah, pasti nanti akan banyak cerita menarik sepulangnya kalian dari sana. Ibu, pesan hati-hati saja. Seandainya medannya sulit jangan dipaksakan. Bukan begitu, Pak Budi?"

"Saya percaya, Pak Raymond, banyak pengalaman soal itu. Pasti tahu apa yang harus dilakukannya, nanti." Keyakinan Pak Budianto.

"Sepertinya sudah waktunya kita berangkat, Pak Budi .... Andin, Pak Raymond, Ibu berangkat dulu. Semoga sukses kalian besok. Mau pesan, apa? nanti Ibu, bawakan.'"

"Donat saja seandainya, Ibu, tidak keberatan," ujar Dian.

"Donat, yang kapan itu kita ke sana? Tenang saja, nanti Ibu belikan. Pak Raymond, ada titipan?"

"Pak budi, Saya butuh priwitan yang nyaring bunyinya. Sepertinya, ada dijual di toko peralatan. Sepuluh saja cukup, Pak. buat anak-anak lusa, besok," pinta Raymond.

"Wah, sampai sedetil itu, ya, Pak Raymond, memproteksi anak-anak. Demi keselamatan mereka nantinya." Ibu Dian, mengagumi cara kerja Raymond.

Pak Budianto menyanggupi, "Baik, nanti akan saya usahakan carikan, Saya pamit dulu."

"Terimaksih, Pak, hati-hati di jalan." Raymond, dan Andin mengantar sampai di mobil.

Lihat selengkapnya