Jam tujuh pagi. Anak-anak sudah berkumpul semua di depan mess. Segala perlengkapan telah dipersiapkan. Sebentar lagi mereka akan turun ke bawah.
Tampak Andin terlihat begitu anggun, mengenakan rompi orange, sepatu boots karet kuning. Sebuah tas ransel sedang bersandar di belakang punggungnya.
Gelang kecil melingkar manis dipergelangan tangannya, sama persis dengan yang dipakai Raymond, pemberian Andin semalam.
Raymond, memandang Andin dengan terpesona, ketika mendekati. Dibalas dengan cubitan gemas.
"Aduh, malu tahu, dilihat anak-anak." Berbisik ditelinga Andin.
"Biarin, semalam, Mas, nakal, sih."
Datang Ibu Dian, membawa empat dus, kue donat dibelinya dari kota Bengkulu kemaren. Diberikan kepada anak-anak untuk bekal mereka nantinya diperjalanan.
"Bagusnya dibungkus plastik kedap air, ya, agar tidak kebasahan, nanti tidak enak rasanya."
"Iya, Bu, Ibu baik banget, sih. Nanti kita santap setibanya di air terjun, kita pesta di sana. Setuju teman-teman?" Olivia menyemangati teman-temannya.
"Setujuuuu!" Serempak mereka menyahut.
"Kita foto bareng dulu, yuk, sebelum kalian berangkat. Sini-sini, semua kumpul!" seru Ibu Dian.
Ibu Dian, sibuk mendokumentasikan mereka, sebelum berangkat. Tidak lupa memberikan pesan.
"Hati-hati semua, ya, semoga kalian berhasil menemukannya. Pak Raymond, Andin. Good Luck!"
"Terimakasih, Bu!"
Di pagi yang cerah ini, dengan semangat Kemerdekaan 45. Mereka berbaris turun ke bawah.
"Marcel, coba tanyakan sama pak Amat, mana, dua warga mau turut serta."
"Baik, Pak, saya akan tanyakan."
Bergegas Marcel duluan ke warung pak Amat. Setelah ditanyakan, ternyata sudah ada dua pemuda warga setempat bersedia, menemani.
Kedua pemuda itu bernama, Bang Ipul dan Udin. Merupakan warga desa seberang. Sudah bersiap untuk memandu rombongan mengarungi sungai. Berdua, hapal seluk beluk sungai ini.
"Berikan perlengkapan alat keselamatan ini kepada kedua anak muda itu. Siapa nama mereka?" ujar Raymond.
Marcel, memberikan dua buah ropmpi warna orange, priwitan, serta dua buah sepatu boots karet.
"Bang Ipul sama Udin, Pak Keduanya berasal dari desa seberang, dengan suka rela mau menemani, kita."
"Bagus kalau begitu, berarti ada sembilan orang semua, jumlahnya."
Raymond tampak menyalami keduanya. "Terimakasih, Bang, sudah bersedia menemani kami, semoga misi kita berhasil."
Segera mereka semua turun ke bawah sungai. Sebelumnya mereka bekumpul membentuk lingkaran. Berdoa bersama.
Udin dan Ipul, kedua anak muda pemberani itu berada paling depan. Diikuti oleh Marcel, Astrid, Olivia, Bambang, dan Arief, di barisan tengah. Sedang paling belakang, tampak Raymond, dan Andin.
"Selempangkan tali tambang kalian masing-masing di bahu, nanti kita gunakan di saat menemui arus yang deras!" perintah Raymond.
Konvoi barisan, sekarang berubah terbagi dua. Lima orang di kiri, dan empat lainnya di seberang kanan.
Sungai dilewati, terlihat masih dangkal. Di kiri, kanan, terdapat tebing dan perbukitan, ditumbuhi tumbuhan ilalang beraneka ragam.
Mereka terlihat kompak, diiringi, lagu penyemangat karangan mereka sendiri. Kadang mereka saling bergurau, kemudian tertawa riuh bersama.
Raymond memperhatikan sekeliling dengan seksama, sekali-kali mengandeng tangan Andin.
"Itu, Mas, lihat, banyak monyet bergelantungan di atas pohon. Sepertinya mereka heran melihat, kita."
Senang bukan main Andin, bisa melihat segerombolan monyet bergelantungan di atas pohon.
Olivia, Astrid, juga Marcel, sibuk mengabadikan sekumpulan monyet itu, dengan kameranya masing-masing.
"Awas, jangan dekat-dekat nanti dirampas, lho, ponsel kalian."
Andin memperingatkan, tapi ikut juga merekam dengan kamera mini terbaru dimilikinya.
"Lucu banget, ya, Mas. Itu lihat, ada yang gendong anaknya. Kok, bisa-bisanya ggak jatuh anaknya digendong, loncat kesana kemari. Itu jenis monyet apa, ya, Mas?"
"Itu monyet ekor panjang, atau dalam bahasa latinnya dinamai, Macaca fascicularis, bersinonim dengan Macaca irus. Selain populasinya banyak, monyet jenis ini mampu beradaptasi disegala cuaca, terutama di iklim tropis." Raymond menjelaskan.
Andin melongo mendengar penuturan Raymond.
"Dalam bahasa Inggris, monyet ekor panjang ini dinamakan Crab-eating Macaque, atau Long-tailed Macaque."
Raymond dapat menjelaskan dengan fasih dihadapan Andin. Entah nyontek dari mana.
"Astaga, detil banget penjelasannya. Nggak, nyangka pengetahuan, Mas, luas banget. Mas, ini sebenarnya ahli apa, sih?" Terheran-heran Andin dibuatnya.
"Mbak, berlebihan, biasa saja." Raymond menjawab dengan datar.
"Idiih ... belagu amat, Mas, ini. Mana pinter gombalin lagi."
Raymond menarik tangan Andin, seraya memperingatkan, "Awas, jangan dekat-dekat ke tebing, nanti ada ular, lho."
Andin bergeser merapat kembali dekat Raymond. Takut digigit ular beneran.
"Nggak, lucu, ah, bikin takut Andin saja."