Air Terjun Misterius

Eddy Tetuko
Chapter #7

Berhasil Menemukan


Perjalanan kali ini melewati hutan lebat di kiri, kanan, tebing tinggi menjulang. Membuat suasana teduh. Namun terasa menyeramkan!

Suara monyet ekor panjang semakin nyaring bunyinya, Bersahut-sahutan diantara lebatnya pepohonan. 

Karena mulai menyempit lagi, terpaksa mereka berendam masuk ke dalam sungai lagi, sebatas pinggang tingginya.

Masih ada batu-batu juga menghalanginya, tapi tidak sebesar sebelumnya.

Mereka harus waspada dengan kelebatan hutan, seolah memayungi badan sungai. Menjadi gelap suasananya.

"Perhatikan dahan- dahan besar di atas kepala kalian, jangan lengah," perintah Raymond. 

Menghawatirkan kemungkinan ada ular, bergelantungan di atas kepala mereka.

"Siapkan parang kalian masing-masing. Astrid, Olivia, jalan di tengah saja." Bambang memperingatkan teman-temannya.

"Serem banget, ya, Mas, tempat ini, masih berapa jauh lagi?" Mulai merasa was- was, Andin.

"Itu di depan sudah terang, masih ada waktu satu jam lagi. Sampai kita bisa menemukannya," ujar Raymond.

Jalur sungai sempit, gelap, berhutan lebat terlewati sudah. Sekarang kembali lapang, tapi masih diliputi dahan pohon besar, menjulur ke sungai. Diselingi tebing tinggi mengapit badan sungai.

Sudah hampir tiga setengah jam, mereka mengarungi sungai ini. Waktu menunjukkan pukul; 11.20, siang.

Tinggal, empat puluh menit lagi, batas waktu ditentukankan. Raymond mulai gelisah, sedikit-se dikit melihat jam tangan, terbungkus plastik kedap air.

Terlihat sudah mulai berembun kacanya, hampir tidak terlihat jelas angka penunjuk waktu.

"Ada yang mendengar suara gemuruh air, nggak? Coba pasang telinga kalian baik-baik." Marcel mengingatkan teman-temannya.

"Air terjunnya ada disebelah kiri, apa kanan, sih?" Astrid minta kejelasan.

"Ada disebelah kiri, Pindah sebelah kiri semua, amati baik-baik," sahut Bambang.

Sok, tahu, sepertinya Bambang. Dari mana bisa tahu, ada di sebelah kiri?

Raymond konsentrasinya terpecah, antara melihat tebing di kanan, kiri. Juga mengawasi Andin, terlihat sudah kelelahan karena sedikit pincang. 

Mereka tidak berendam lagi di tengah sungai, sudah bisa menepi di daratan sungai.

Sementara itu, bang Ipul dan Udin, berjalan ngebut di depan, sepertinya ingin cepat-cepat menemukan air terjun.

"Dua puluh menit lagi, waktu kita habis!"

Sekali lagi Raymond mengingatkan batas waktu disepakati. Disambut kecewa anak-anak muda, sudah terlanjur basah kuyup, meminta waktunya ditambah.

Arief mewakili suara mereka. "Tanggung, nih, Pak. Sepertinya sudah mau dekat. Jam satu saja kita pulangnya, seandainya belum juga ditemukan."

"Iya, Pak, alangkah kecewanya kami nanti, kalau tidak berhasil menemukan," sanggah Olivia.

"Malu, kan, nanti kita pulang tanpa hasil." Bambang menambahkan.

"Iya, Mas, mereka masih antusias banget, Andin bisa merasakan, bagaimana kecewanya mereka nanti, bila gagal. Tapi, Mas, punya wewenang memutuskannya. Dilanjut, atau, tidak."

Arief dan rekan-rekannya, termasuk Andin, masih menyimpan harapan untuk segera dapat menemukan air terjun.

Namun bagi Raymond. "Keselamatan Nomer Satu." Tidak bisa ditawar.

Dua pemuda, Udin dan Ipul semakin jauh di depan meninggalkan rombongan. Nyaris tidak terlihat batang hidungnya. 

Tiba-tiba terdengar suara wanita menjerit.

"Toloong ...! Toloong ...!" Bersuara lantang ... rupanya Astrid yang berteriak meminta tolong.

Bergegas rombongan berlari ke arah Astrid. Tertinggal dibelakang rupanya tadi. Raymond sendiri tidak menyadari, tadi sempat dilewatinya ketika Astrid, sedang duduk membersihkan pasir di dalam sepatunya.

"Ada apa Astrid! Kamu, kenapa?"

Melihat Astrid terduduk pucat pasi, sambil menunjuk dahan, di atas kepalanya.

Rupanya ada ular sebesar lengan, begelantungan di dahan, menjulur ketengah. Persis di atas kepalanya Astrid!

"Astaga ...! Ada ular besar di dahan itu. Awas!" Marcel kaget bukan kepalang. 

Terlihat seekor ular sedang melilit dahan, kepalanya berayun-ayun ke bawah. Siap mematok, Astrid!

Semua yang melihat tertegun, tidak berani berbuat apa-apa.

Dengan sigap Raymond mendekap Astrid, menjauhkan dari ular itu, hampir saja menggigitnya.

Lihat selengkapnya