Sudah memasuki hari keempat, pencarian masih berlangsung. Team penyelamat dari berbagai unsur dilibatkan masih belum menemukan Raymond, dan Andin.
Batas waktu pencarian tinggal tiga hari lagi!
Sesuai Undang-Undang, bila mana batas waktu pencarian korban telah terlampaui. Maka pencarian dihentikan!
Semua pasukan akan ditarik kembali kemarkasnya masing-masing.
Hal ini tentu saja membuat gundah keluarga Hermanto, sampai detik ini, Andin Nabila, belum juga ditemukan.
"Bagaimana dengan anak kita Pa, apa masih mungkin, bisa diketemukan?" Seolah pasrah dengan keadaan menimpa putrinya.
Ibu Andin berkali-kali jatuh pingsan, tidak tahan lagi merasakan penderitaan dialami Andin, bila mana masih hidup di hutan balantara.
"Tante harus tabah, Cassandra yakin Andin masih hidup bersama Raymond, semalam Cassandra mimpi seperti itu, Tante."
Cassandra, sahabat karib Andin ikut datang ke lokasi, bermimpi Andin masih hidup.
Dalam mimpinya Cassandra ikut bersama pasukan komando naik helikopter mencari Andin, dan Raymond.
Tidak berapa lama, Cassandra terus meneropong dengan lensa tele, mendapati Andin, Raymond sedang melambai-lambaikan tangan meminta pertolongan, terus memanggil-manggil nama Cassandra, di bawah dataran sungai.
"Itu teman saya ada di bawah sungai! Kita bisa turun ke sana, Pak." Memohon kepada salah seorang anggota pasukan.
"Tidak bisa Dik, kita tidak bisa mendarat di sana, terlalu curam. Bisa-bisa, pesawat ini yang akan jatuh," ujar Kapten Pilot, pesimis bisa mendaratkan pesawatnya.
"Tapi kita harus menolong mereka, Tolong Pak ...! Bawa Cassandra kebawah sungai itu, Pak!." Terus memohon.
"Tidak mungkin ke sana Dik! Terlalu berbahaya. Bapak, tidak mau mengambil resiko!"
Kapten Pilot tidak bisa menyanggupi permintaannya. Cassandra menjadi panik, harus bisa menolong Andin!
Pada akhirnya berbuat nekat! Merebut kemudi pesawat dari sang Kapten, mencoba sendiri mendaratkan pesawat heli di sana!
Cassandra tidak pernah mengemudikan pesawat helikopter.
"Pak! Bagaimana ini, pesawat miring, mau jatuh! Toloong, Pak!"
Berusaha keras menahan kemudi pesawat, agar tidak jatuh.
Terlambat ...! Pesawat heli itu semakin menukik kebawah, menabrak pepohonan, jatuh berkeping di daratan sungai. Cassandra menjerit! Terbangun dari mimpi buruk!
"Mbak, bangun! Kenapa, Mbak, teriak-teriak, begitu?" Dibangunkan oleh Maharani, malam itu tidur bersama Cassandra di base camp.
Cassandra gelagapan, terus mengigau. "Andin masih hidup, dia bersama Raymond, di tepi sungai sana."
"Istiqfar, Mbak," mencoba menenangkan Cassandra. Maharani memberikan air hangat.
"Semoga saja mimpimu itu benar, Andin bersama Raymond masih hidup. Tapi bagaimana mereka bisa bertahan hidup di hutan lebat seperti ini(?)" Mama Andin menangis, tidak mampu membayangkannya.
Hermanto, mencoba menguatkan istrinya. "Sabar, Ma, Pak Hardiman masih berupaya mencari anak kita, apa pun hasilnya nanti kita harus mengikhlaskan. Apa bila Andin ..."
"Jangan diteruskan, Om, Cassandra yakin, Raymond akan membawa pulang Andin ke sini!" ujar Cassandra, memotong pembicaraan Hermanto.
Cassandra yakin betul, Andin dapat diselamatkan. Cepat atau lambat!
****
Sementara dirumah sakit umum di mana kelima anak muda dirawat, sudah berangsur-angsur membaik.
Arief dan Bambang sudah bisa berjalan, menyempatkan mendatangi Olivia, Astrid dirawat dalam satu bangsal.
"Bagaimana dengan kalian, baik-saja?" Arief, mengawali pembicaraan.
Olivia, dan Astrid sama-sama mengalami patah tulang pada kakinya, Keduanya diberi pen, terbuat dari logam khusus, untuk dapat menyambungkan tulang yang patah.