Setelah melewati lima hari lamanya, belum ada tanda-tanda Andin dan Raymond ditemukan. Ibu Dian sebagai Site Manager, merasa sangat bersalah atas kejadian yang melibatkan beberapa anak buahnya.
Apa lagi, salah satunya merupakan putri dari pemilik perusahaan ini. napak Hermanto. Pernah memberi pesan, agar dapat menjaga putrinya dengan sebaik-baiknya, menitipkan langsung kepada Ibu Dian.
Hal itu disampaikan oleh bapak Hermanto sendiri, pada saat mendapat briefing, sebelum keberangkatannya.
Merasa tidak mampu menjaga amanat, berniat akan mengundurkan diri. Keinginan ini disampaikan kepada, Pak Budianto.
"Pak Budi, sepertinya saya harus mengajukan surat pengunduran diri kepada bapak Hermanto. Merupakan pertanggungan jawab saya sebagai Site Manager. Tidak mampu menjalankan tugas seperti yang diamanatkan beliau."
Pak Budi memberikan tanggapan. "Saya pun juga akan melakukannya, Bu. Akan tetapi, rasanya tidak elok, dalam situasi sekarang ini. Seakan-akan kita lari dari tanggung jawab. Bukankah pak Raymond, dan Andin, belum ditemukan?"
"Karena itu saya merasa tersiksa, Tertekan batin saya, memikirkan keselamatan mereka berdua. Sebagai pimpinan tertinggi di sini, tidak seharusnya saya mengijinkan mereka berangkat pada waktu itu."
"Saya pun juga merasakan demikian, Bu. Sebaiknya kita tunggu perkembangan selanjutnya. Ibu, masih memiliki tanggung jawab kepada seluruh karyawan yang ada di sini. Mereka pasti tidak mengharapkan Ibu, meninggalkan tempat ini.
"Tapi ... saya merasa, bapak Hermanto tidak mengharapkan saya lagi di sini."
"Jangan berprasangka seperti itu, Bu. Beliau memang sangat terpukul sekali dengan kejadian ini, apa lagi, menyangkut putri kesayanganya. Musibah ... siapa yang tahu, Bu. Tidak ada seorang pun, yang mengharapkannya."
"Sebaiknya, kita harus bagaimana, Pak Budi?"
"Jalankan tugas dan kewajiban Ibu, seperti biasanya, serahkan segala sesuatunya kepada pihak yang berwenang, untuk dapat segera menemukan pak Raymond dan Andin. Kita hanya bisa mendoakan saja, Bu."
"Terimakasih, Pak Budi. Semoga kita bisa menjalani hari-hari yang berat ini."
"Semoga saja, Bu."
****
Kabar belum ditemukannya ke dua korban, salah satunya putri pemilik perusahaan, menjadi pembicaraan hangat seluruh masyarakat Desa, Bukit Seluma. Juga para wartawan cetak maupun televisi, ikut memberitakannya.
Banyak juga yang mengirimkan tanda berkabung, karena sebagian masyarakat mengira, ke dua korban tidak mungkin diselamatkan dalam keadaan hidup.
Kemungkinan sudah tenggelam di dasar sungai, atau barangkali, terseret sampai jauh ke hilir.
Beberapa prasangkan dan kemungkinan bisa terjadi, atas nasib ke dua korban. Menjadi topik pembicaraan di masyarakat luas.
Simpati, dan doa mereka panjatkan bersam, berharap keduanya dapat segera diselamatkan dalam kondisi apa pun.
Waktu tersisa dua hari lagi, bila tidak ditemukan juga. Seluruh jajaran petugas keselamatan akan meninggalkan tempat ini. Tidak ada harapan lagi, korban akan diketemukan!
"Bagaimana nasib anak kita, Pa, bisakah Papa berbicara dengan bapak Hardiman, supaya waktunya ditambah, sampai anak kita bisa ditemukan. Meskipun dalam keadaan tidak bernyawa lagi. Setidaknya kita bisa membawa pulang jasad anak kita, Pa," ungkap keputusasaan Ibu Andin, akan nasib putrinya.
"Jangan bicara seperti itu, Ma. Papa akan berusaha membujuk bapak Hardiman. Mama harus punya keyakinan Andin, dapat ditemukan dalam keadaan masih hidup."
Ibu Murni turut menanggapi. "Saya juga berharap seperti itu, Pak Hermanto dan Ibu. Saya tahu persis kemampuan adik saya dalam menghadapi situasi sulit apa pun. Saya punya keyakinan putri Bapak, Ibu, masih bersama dengan adik saya," ujar Ibu Murni, kakak nomer dua Raymond.
"Cassandra juga meyakini seperti itu, Tante. Pasti Raymond mampu menjaga Andin, sampai dapat membawanya pulang kembali. Tuhan Maha Besar, keajaiban akan terjadi lagi." Harapan Cassandra melambung, akan datangnya mujizat.
Seperti nasib ke lima korban yang lain, berhasil ditemukan dalam keadaan hidup.
Arief, dan Bambang sebelumnya memberikan kesaksian. Ketika mereka terseret arus bersama ke tiga rekannya, Olivia, Astrid, dan Marcel. Dalam keadaan sadar, sempat melihat Raymond beserta Andin, bersanding bersama, dalam sebongkah balok menjadi tumpuan mereka berdua.
Seandainya terdampar di suatu tempat, mereka tidak akan terpisahkan satu sama lain.