Raymond merasa bahagia sekali melihat perkembangan Andin, sudah mulai makan banyak. Rencana untuk kembali pulang akan segera terwujud.
Namun tidak hari ini, atau besok pagi. Raymond merasa Andin belum benar-benar fit, staminanya. Harus makan lebih banyak lagi, agar tubuhnya lebih kuat dalam menghadapi rintangan nanti.
Karena perjalanan akan dilaluinya nanti, bukan hanya sekedar menantang. Akan tetapi lebih dari itu. Sama saja dengan menantang maut!
Berharap pada hari ke tujuh, lusa. Andin sudah benar-benar siap secara fisik dan mental, karena tidak ada pilihan lain.
Tidak akan ada lagi yang mencarinya. Semua Team Penyelamat, akan kembali ke markasnya masing-masing.
Lebih-lebih lagi, penghuni hutan ini sudah lama mengincar keduanya, untuk dijadikan santapan malam mereka!
Tanda-tanda nya sudah ada, baru saja Raymond menemukan jejak telapak kaki harimau di tepi sungai. Ketika akan beranjak mandi sore.
Jejak itu terlihat masih baru. Tadi pagi belum terlihat! Sepertinya raja hutan itu berjalan melewati sungai, ketika mereka berdua sedang berburu ayam hutan. Bisa jadi seperti itu.
Tidak jadi mandi, menghawatirkan keselamatan Andin. Manakala melihat Andin sedang memunguti pakaian kering terjemur di dahan pohon. Cepat berlari ke arah Andin, menariknya untuk segera masuk ke dalam pondok.
"Ada apa, Mas, sepertinya baru saja melihat sesuatu, yang menakutkan?"
"Jangan keras-keras bicaranya, cepat sembunyi di pondok."
Setelah masuk ke dalam pondok, buru-buru menutupnya, Raymond terlihat tegang. Sebilah parang sudah digenggamnya.
"Barusan, Mas, melihat jejak kaki harimau di tepi sungai, kemungkinan harimau itu masih ada disekitaran, sini. Jangan keluar dulu, diam dalam pondok saja."
Andin jadi ikut tegang juga, raut wajah ketakutan mulai terlihat.
"Mas, lihat di mana? dekat bumbungan ikan, itu?"
Raymond hanya mengangguk, sambil mengawasi situasi di luar pondok.
"Tadi pagi, Andin tidak melihat apa-apa. Masak ada beneran, sih, Mas?" Merasa tidak yakin.
"Mungkin harimau itu lewat, ketika kita masih berada dalam hutan." Raymond berasumsi seperti itu.
"Yang, Mas, lihat tadi, jejak kaki harimau, beneran?" Masih penasaran.
"Tidak salah lagi. Jejak kakinya, sebesar telapak tangan kita dikembangkan." sambil memperagakan telapak tangan diletakkan di tanah.
"Kukunya yang tajam, menancap dalam ke tanah, seperti itu yang, Mas lihat tadi, barusan."
"Andin jadi pengen lihat sendiri. Seumur- umur belum pernah melihat jejak kaki harimau, aslinya."
"Jangan sekarang .... Harimau itu masih mengintai kita!"
Andin langsung mendekap.
"Mas, jangan nakut-nakutin Andin." Dengan nada memelas.
"Kalau mendengar suara riuh rendah muncul seketika, dari sejumlah binatang di hutan. Menandakan bahwa harimau itu ada disekitarnya. Sedang berburu mangsa."
"Tapi, tadi Andin tidak mendengar apa-apa, Mas."
"Bisa juga datang dari monyet ekor panjang. Mereka akan mengeluarkan bunyi suara berbeda, untuk memperingatkan yang lain, akan kehadiran harimau. Nantinya akan direspon oleh sekawan rusa, dengan menyalak terus-menerus."
"Wah, ternyata diantara sesama satwax, bisa saling kompak begitu, ya, Mas."
"Ya, begitulah, karakter masing-masing satwa, di dalam hutan ini. Kita tidak mendengar itu semua, mungkin tidak ada kelompok monyet, atau rusa, berada disekitar, sini."
"Ngeri juga ya, Mas, ternyata di hutan Bukit Seluma ini, masih ada harimau berkeliaran."
"Harimau Sumatera dalam bahasa latinnya, Panthera tigris sumatrae. Populasinya tidak lebih dari 400 ekor. Yang masih bertahan hidup hingga saat ini. Termasuk dalam klasifikasi satwa kritis yang terancam, punah."
"Kalau yang hidup di hutan ini ada berapa ekor, ya, Mas?" Seperti anak baru menginjak dewasa layaknya, selalu ingin tahu banyak.
"Ada berapa, ya ...? Nanti kita tanya sama yang lewat tadi di sungai."
"Mas, ini, orang serius juga, masih sempat bercanda saja. Sudah lah, nggak jadi nanya." Ngambek.
Perbincangan yang lucu ini, dapat mengurangi ketegangan diantara keduanya.
Andin kembali serius.
"Andin jadi kepikiran seandainya Olivia, Astrid juga yang lainnya masih hidup, terus ketemu harimau, bagaimana?"
"Jangan berpikir sejauh itu, doakan saja mereka lebih beruntung dari kita."
Hari sudah menjelang malam, Raymond dan Andin akan melewatinya lagi, di dalam pondok.
Tidak pernah merasa tenang tinggal di kawasan hutan ini. Ketegangan demi ketegangan datang silih berganti. Entah sampai kapan berakhir!