Air Terjun Misterius

Eddy Tetuko
Chapter #17

Sesuatu Yang Mencurigakan

Rencana menerbangkan sebuah helikopter tinggal satu-satunya tertunda sampai siang hari, dikarenakan ada sedikit masalah dengan sistim hidraulik.

Pada akhirnya, tepat jam satu siang, pesawat helikopter itu mengudara, di isi tiga orang dari basarnas, dan dua dari pasukan komando.

Mereka mencoba terbang serendah mungkin sambil melakukan pemotretan dari udara. Setiap sudut diamatinya dengan seksama, kemungkinan ada seseorang tersangkut di bongkahan kayu, atau di puing pepohonan tumbang.

Bila menemukan sesuatu yang mencurigakan di bawah, pesawat heli itu melakukan terbang ditempat sambil memutarinya.

Kali ini menurunkan dua orang pasukan komando dengan tali, ketika melihat sesuatu berwarna orange. Ketika didekati ternyata sebuah pelampung! Namun tidak ada sosok manusia dibaliknya. Pelampung itu diambil dan dibawa, untuk diselidiki siapa pemiliknya.

Raymond dan Andin sempat mendengar suara helikopter itu dari pondoknya, namun terlalu jauh. Mereka yang berada di dalam pesawat heli tidak melihat, ada dua sosok manusia di bawahnya.

Beberapa kali anggota basarnas melakukan pemotretan dari udara dengan kamera ber-resolusi tinggi.

Hasil pemotretan itu nantinya akan dicetak, kemudian akan dipelajari untuk keperluan pemetaan lokasi.

Setelah satu jam lebih menyusuri sungai, akhirnya kembali ke base camp. Masih belum menemukan hasil.

Penerbangan kali ini menandai berakhirnya masa pencarian korban.

Pada sore hari ini sebagian besar anggota team SAR, dan beberapa pasukan tersisa. resmi meninggalkan lokasi. Begitu juga para relawan.

Praktis keesokan harinya tidak akan ada lagi kegiatan pencarian korban.

Kolonel Hardiman berpamitan dengan Hermanto.

"Pak Hermanto, terimakasih atas segala fasilitas diberikan. Kami akan segera meninggalkan lokasi. Dari ke tujuh korban, kami telah berhasil menyelamatkan lima orang.

Namun sangat disayangkan putri Bapak, dan saudara Raymond belum berhasil kami temukan."

"Kami yang seharusnya berterimakasih atas kerja keras Bapak, bersama seluruh anggota team, telah mampu menyelamat ke lima korban."

"Anggota kami akan terus memantau perkembangan baru. Tidak tertutup kemungkinan kami akan kembali lagi ke sini," tutup Kolonel Hardiman.

Kepergian seluruh anggota team penyelamat, telah bekerja keras selama tujuh hari berturut-turut, diiringi isak tangis Ibu-Ibu tukang masak, yang telah melayani mereka selama ini.

Juga hampir seluruh karyawan, para staff, Cassandra, Ibu Murni. Termasuk kedua orang tua Andin. Serta Arief, dan Bambang mewakili ke lima korban.

Tidak ketinggalan masyarakat Desa Bukit Seluma, Tetua Kampung, Tokoh Adat. pak Amat, bang Ipul dan Udin.

Suasana haru dan duka yang mendalam terpancar di wajah masing-masing. Dikarenakan Raymond dan Andin belum ditemukan sampai saat ini.

****

Malam ke tujuh akan dilewati oleh Andin, Raymond di pondok. Raymond mengalami rasa pedih luar biasa, mungkin akibat pengaruh baluran daun binahong, Sampai meneteskan air mata, menahan rasa sakit.

Andin serba salah, merasa kasihan melihat kondisi Raymond. Air minum tinggal sisa sedikit, hanya cukup untuk dua, tiga, tenggak saja.

"Coba ditahan rasa sakitnya, Mas, usahakan tidur, biar sakitnya tidak terasa."

"Sakit sekali rasanya seperti ditusuk-tusuk, bisa dilepas balurannya," keluh Raymond.

"Jangan, Mas! Obat dari daun ini sedang bekerja menyembuhkan luka. Mas, harus yakin, bukankah daun ini pilihan Mas, sendiri? Mas, yang paham khasiatnya."

Tidak tahan rasa sakit dirasakan pada akhirnya Raymond tidak sadarkan diri. Seakan-akan di bius oleh pengaruh daun binohang ini. Hebatnya, pendarahan di betis langsung berhenti seketika.

Andin merasa lega, akhirnya Raymond tertidur pulas. Tapi perasaan takut menjalar keseluruh bulu kuduknya. Berjaga sendirian di malam gelap gulita. Berusaha memejamkan mata.

Sunyi, senyap, kadang diselingi suara seperti rintihan, berulang-ulang. Suara dengkur binatang, sampai suara kepak sayap. Andin menutupi kuping dengan kedua telapak tangan. Sampai dirinya ikut tertidur.

Matahari pagi perlahan muncul dibalik pepohonan, keduanya masih tertidur.

Suara petir mengglegar membangunkan Andin. Tidak biasanya seperti itu.

Pagi ini cerah sekali tidak ada tanda-tanda mau turun hujan, digunakan Andin untuk menjemur pakaian sudah compang-camping sengaja dirobek untuk membalut luka Raymond.

Berhari-hari merasakan tinggal di pondok ini membuat keberanian Andin semakin terasah. Tidak seperti hari pertama, kedua, merasakan kecemasan dan takut luar biasa.

Sedikit demi sedikit mulai membiasakan diri, membaur dengan lingkungan sekitar.

Raymond sudah terbangun. Andin memeriksa balutan.

"Bagaimana, Mas, masih terasa sakit? Belum apa-apa sudah terlihat mulai mengering."

"Sudah mereda rasa perihnya, tidak seperti semalam."

"Syukurlah, Mas. Tidak menyangka daun ini sepertinya manjur untuk mengobati luka. Nanti kita bawa, untuk berjaga-jaga, ya, Mas."

Raymond mencoba berdiri dan berjalan. Sudah lumayan, mesti agak berjinjit jalannya.

Lihat selengkapnya