Suasana di proyek Bukit Seluma saat ini menunjukkan kelesuan, bukan karena belum lama ini terjadi musibah banjir bandang. Sebelum kejadian pun, memang sudah ada tanda-tanda bahwasanya kegiatan proyek di sini sering kali slow down, alias terhenti tidak ada kegiatan.
Kesulitan mengambil cadangan batu bara berada di atas perbukitan menjadi faktor utamanya. Alhasil proyek ini terancam tidak akan diteruskan.
"Ibu Dian, sudah mendengar bahwasanya pak Raymond, sudah mengundurkan diri?"
Pak Budianto mengawali percakapan di pagi hari ini di ruang kantor bersama beberapa staff, yang lain.
"Saya sudah diberitahu sekretarisnya bapak Hermanto, bahwasanya, pak Raymond mengajukan pengunduran diri. Tiga hari setelah keluar dari rumah sakit." Ibu Dian menanggapi.
"Sangat disayangkan, belum juga sampai tiga bulan bergabung bersama kita. Apa ada kemungkinan pak Raymond, dipaksa untuk mengundurkan diri sehubungan dengan musibah dialami putri, bapak?"
"Bisa jadi ... tapi saya tidak yakin seperti itu. Sebagai bentuk pertanggung jawaban telah mengijinkan kepergian anak-anak mencari lokasi air tejun. Saya kira itu yang menjadi alasan utama, pak Raymond, mengundurkan diri," sanggahan Ibu Dian.
"Padahal bukan kesalahan mutlak ada di tangan pak Raymond. Siapa yang menyangka akan datang musibah. Lalu bagaimana dengan Ibu Dian sendiri, apakah akan mengambil sikap yang sama seperti yang dilakukan, pak Raymond?"
"Jauh hari saya sudah mengajukan ke bapak pimpinan, tapi saya diberi tugas untuk menyelesaikan beberapa perijinan. Tidak lama lagi kita akan memindahkan Alat alat Berat ke lokasi yang baru. Pak Budi, siap-siap saja."
"Baik, Bu .... Saya akan mempersiapkan operator untuk memobilisasi alat, sepertinya sudah tidak ada kemungkinan lagi proyek ini dilanjutkan."
Beberapa karyawan yang masih bertahan di sini mengisi hari-harinya dengan bermain gaple atau kartu remi. Di sore hari mereka bermain voli di tanah lapang depan mess. Benar-benar membosankan berada di mess, tanpa ada aktifitas kerja. Meskipun demikian mereka tetap menerima gaji, setiap bulannya, tepat pada waktunya.
Lalu bagaimana dengan rencana akan dibuatkan akses jalan, menuju lokasi air terjun? Sudah sempat dibahas dalam pertemuan dengan Tetua Kampung, Kepala Desa dan Dinas terkait, setempat.
Sampai saat ini masih dalam kajian dengan melakukan survey ,jalur lintasan akan dilewatinya. Apa layak dibuatkan jalan dengan melintasi beberapa tebing terjal, dan perbukitan.
Beberapa instansi terkait merasa pesimis dapat dilakukan pengerjaan jalan itu, setelah dilakukan pemetaan dan kajian secara menyeluruh. Hal itu disebabkan oleh kontur perbukitan dan tebing begitu dalam, untuk sampai ke lokasi air terjun.
Akan banyak dilakukan pemotongan bukit dan penimbunan tanah, untuk menutupi tebing terjal, agar dapat dibuatkan jalan nantinya. Namun apa bila itu dilakukan akan berdampak pada kerusakan lingkungan dapat mengakibatkan tanah longsor, banjir, di sana, sini.
Faktanya sampai saat ini, rencana pembuatan akses jalan menuju lokasi air terjun tersebut belum dapat terealisir. Tentunya ini menimbulkan kekecewaan sebagian masyrakat yang mengiginkan dibuatkan jalan menuju lokasi air terjun, agat dapat dinikmati bersama tanpa menimbulkan resiko bahaya.
Mengingat berbagai faktor kesulitan dan dampak akan ditimbulkannya, ada yang berpendapat sebaiknya dibiarkan saja sesuai bentuk aslinya, tidak usah dipaksakan untuk membuat jalan.
Justru nantinya akan berdampak buruk terhadap lingkungan sekitar, dikemudian harinya.
Air terjun itu sudah ditakdirkan untuk tidak dijadikan tontonan masyarakat luas. Ia, ada disana, untuk menggenapi ciptaan Ilahi, menjaga kelestarian alam.
Alhasil, Air Terjun Bukit Seluma itu, masih berdiri kokoh dibalik kerimbunan hutan balantara tepian sungai, ditemani oleh segerombolan monyet ekor panjang, berbagai jenis burung menari-nari sambil mengeluarkan suara merdunya. Batu besar didepannya tidak tergoyahkan.Tetap setia menjaganya.
Sampai saat ini!
Beberapa hari yang lalu, Raymond mendapat kiriman sebuah foto, batu besar itu. Foto itu diabadikan oleh bang Ipul, ketika itu.
Batu besar aslinya berwarna abu abu, polos, Hasil fotonya berbeda!
Memperlihatkan bentuk kepala manusia samar samar di permukaan batu besar itu. Lengkap dengan mata hidung mulut dan jambang lebat!
Menyeramkan .... Aneh, tapi Nyata!
Sepertinya, Air Terjun itu tidak ingin diganggu oleh siapa pun!
Anehnya lagi, cerita penemuan air terjun itu, terjadi pada bulan Desember tahun 2004. Dua minggu setelah terjadinya bencana besar, Tsunami di Aceh!
Pada saat kejadian itu kami, dan seluruh karyawan di mess, setiap harinya menyaksikan kejadian yang memilukan itu di layar kaca, disiarkan langsung oleh beberapa stasiun televisi.
Entah, secara kebetulan atau bagaimana, tapi faktanya seperti itu!
Sudah bertahun lamanya tidak pernah kesana lagi, berkemungkinan bangunan mess, sudah tidak ada lagi.
Berhasrat akan mengunjungi tempat itu lagi. Tempat yang menyimpan sejuta kenangan.
****
Dirumah sakit Andin masih ditemani oleh Raymond.
"Ijinkan Mas, berangkat ke Jambi, pada waktunya cuti nanti, Mas, berjanji akan menemui, Mbak Andin."
"Kenapa secepat ini, di saat Andin membutuhkan, Mas, mendampingi Andin."
"Mas, sudah menepati janji membawa Mbak Andin pulang kerumah, sekarang, Mas, akan berangkat menjalani tugas baru. Maafkan, Raymond, tidak bisa berlama di sini."