Disela-sela makan kue, Airin berpamitan untuk mengambil tasnya yang ketinggalan di dalam kelas. Begitu Airin mengambil tas tiba-tiba pintu tertutup sendiri dengan kencang padahal tak ada angin sampai Airin terkejut ditempatnya. Airin panik, buru-buru mengambil tas lalu membuka pintu sekuat tenaga tapi sulit. Suasana di luar juga mendadak hening. Tak ada suara teman-temannya yang merayakan ulang tahun Shila atau suara murid-murid kelas lain yang sedang belajar. Lalu kemana mereka?
Apa mereka meninggalkan Airin sendirian?
Airin semakin takut, ia berdoa dalam hati semoga kejadian ini hanya mimpi dan setelah ia bangun semuanya kembali normal.
Airin memejamkan matanya sebentar kemudian membuka pintu yang tertutup rapat. Ia yakin ini perbuatan salah satu temannya yang iseng.
Pintu akhirnya bisa dibuka membuat Airin segera keluar dari kelas tapi bukan teman-temannya atau lingkungan SD Galura yang Airin lihat melainkan perkebunan dengan rumah-rumah tak berpenghuni menjadi tempat Airin sekarang.
"Dani, Bu Ayu, teman-teman!" panggil Airin masih berada di depan pintu.
"Dani!" Airin memanggil sekali lagi sayangnya tidak ada sahutan apapun.
Airin melirik pintu dibelakangnya. Kalau masuk ke sana lagi pintunya pasti akan tertutup sementara kalau mencari keberadaan Dani, Bu Ayu dan teman-temannya di tempat asing ini mungkin Airin akan tersesat.
Airin bingung harus berbuat apa, ia hanya ingin pulang ke rumah kemudian bertemu Ayah dan bundanya.
"Bunda, Ayah, tolong Airin!" pinta Airin hampir menangis.
Samar-samar terdengar suara anak-anak merayakan ulang tahun. Airin beranjak mencari sumber suara itu tanpa ragu. Di tengah perjalanan ia bertemu seorang Nenek membawa seikat kayu bakar terus menatapnya karena merasa takut Airin menundukkan kepalanya tak berani melihat. Dirasa si Nenek sudah pergi Airin menegakkan kepalanya dan benar saja si Nenek tadi sudah menghilang entah kemana.
Airin lega melanjutkan mencari sumber suara yang diyakini suara dari teman-temannya bersama Bu Ayu. Suara itu semakin dekat terdengar dari sebuah rumah di penuhi sarang laba-laba di setiap langit-langitnya.
Airin membuka pintu dengan hati-hati tapi yang ditemukan bukan teman-temannya ataupun Bu Ayu. Hanya anak-anak seperti Airin berpakaian seragam SD namun tidak satupun dari mereka yang Airin kenal. Airin menelan ludah karena ini satu-satunya petunjuk untuk mencari keberadaan Bu Ayu berserta teman-temannya.
"Aku boleh tanya?" Airin bertanya dengan hati-hati.
Salah satu siswa itu melirik Airin tanpa ekspresi lalu mengangguk kecil.
"Lihat Bu guru sama murid-murid yang lagi ulang tahun gak?"
Siswa itu menggeleng.
"Kalau begitu kamu tau arah SD Galura, aku tersesat," kata Airin.
Lagi, siswa itu menggeleng dan kembali merayakan ulang tahun bersama teman-temannya dengan ceria seolah mengabaikan kehadiran Airin. Tidak ada pilihan lain kecuali Airin menunggu di sini namun masalahnya mereka semua tidak peduli kepada Airin tetapi kalau sesama mereka ekspresinya terlihat bahagia.
Airin bahkan tak diberi potongan kue saat mereka memakannya.
Semua murid yang berjumlah lima orang itu keluar dengan terburu-buru dari rumah kosong dan kue yang tersisa cukup banyak tadi menghilang seketika.