Desa Kalapa Nunggal yang Dani dan Airin tempati sekarang ini mungkin dalam fase kekeringan sebab tanaman-tanaman yang dijumpai keduanya terlihat layu dan kurang subur. Cuacanya juga panas membuat Airin serta Dani berkeringat dari pelipis hingga leher.
"Berteduh yuk! panas banget cuacanya," keluh Airin sambil mengelap keringat di pelipisnya.
Dani mengangguk setuju mencari tempat berteduh untuk mengindari sengatan sinar matahari yang entah mengapa terasa lebih panas dari sebelumnya.
Dari kejauhan Airin dapat melihat anak-anak sekolah dasar seusianya sedang merayakan ulang tahun bersama teman-temannya. Baru saja Airin akan bicara kepada Dani. Anak itu sudah hilang di sampingnya dan terlihat menghampiri anak-anak sekolah yang merayakan ulang tahun.
Airin berlari mengejar Dani. Ia tidak boleh membiarkan Dani bergabung ke sana sebab perasaan Airin sudah tidak enak.
"Dani tunggu!" cegah Airin saat Dani akan mengambil potongan kue ulang tahun.
"Kenapa? mereka baik mau bagi kue ulang tahunnya ke aku," jawab Dani heran.
"Jangan mending kita lanjut cari nenek Sasih aja, yuk!" ajak Airin supaya Dani tidak makan kue.
Dani tetap bersikeras ingin makan kue. "Tapi aku lapar lagipula kuenya nggak beracun. Mereka semua makan kok, nggak beracun kan kuenya?" tanya Dani ke salah satu anak laki-laki berwajah pucat.
"Iya," jawab anak laki-laki itu tersenyum. "Ini buat kamu!" lalu mengambil potongan kue untuk Dani.
"Dani jangan!" Airin mencegah Dani agar tidak mengambil kue dan berniat menepisnya tapi anehnya Airin tidak bisa menyentuh kue itu. "Jangan ya!" pinta Airin menatap Dani lalu menariknya menjauh dari sana.
Dani merenggut kesal karena Airin melarangnya memakan kue padahal kuenya terlihat baik-baik saja apalagi anak-anak itu memakannya dengan lahap lalu dimana masalahnya?
Airin berubah, tidak mengerti keinginan Dani walau permintaannya kecil hanya memakan kue ulang tahun.
"Dani jangan marah!" bujuk Airin.
"Airin janji bakal kasih kamu kue buatan Bundaku lebih enak dan lebih banyak kalau kita sudah keluar dari sini ya!" lanjut Airin tapi Dani tetap terlihat marah.
"Aku maunya sekarang makan kue itu, Dani lapar!" jawab Dani ketus.
"Airin juga lapar tapi kue disini nggak aman buat dimakan bahkan aku nggak bisa pegang kue itu," ungkap Airin jujur.
"Kamu bohong! aku nggak percaya, bilang aja kamu iri karena nggak dapat sepotong kue," kata Dani benar-benar marah.