Seorang anak perempuan berusia 7 tahun tengah asyik bermain sendirian di halaman belakang rumahnya. Ia mengambil ranting kering kemudian digunakan untuk menuliskan kata 'Air' di permukaan tanah. Karena belum paham huruf alphabet di sekolah, ia sampai mengamati tulisannya dengan seksama.
"Tulisan apa ini?" tanyanya bingung lalu kembali menulis dengan kata yang sama di seluruh permukaan tanah kering.
"Airin masuk sudah sore!" panggil Desi–sang Bunda. Mendengar panggilan itu Airin segera berlari ke dalam rumah kemudian tulisan yang Airin buat menghilang begitu saja seperti di serap oleh matahari yang tenggelam.
"Kamu darimana Airin?" tanya Desi memperhatikan putrinya yang belepotan dengan tanah di tangan juga pakaiannya.
"Main," jawab Airin polos.
"Mainnya kok sendirian sayang? di depan banyak temen-temen, kenapa gak main sama mereka, hm?" tanya Desi lalu mengajak Airin mencuci tangannya.
"Aku main tulis-tulisan," jawab Airin senang.
"Menulis apa?" tanya Desi ingin tahu.
Airin menggeleng." Gak tau."
Tak beberapa lama Adit–Ayah Airin pulang dari kantor membawa bingkisan ditangannya.
"Ayah pulang!" seru Adit memeluk putrinya dan memberikan satu bingkisan lagi kepada Desi.
Adit menyembunyikan bingkisan untuk Airin dibelakang tubuhnya. "Tebak, Ayah bawa apa?" ujar Adit membuat Airin tersenyum penasaran.
"Coklat!" teriak Airin kegirangan lalu kembali memeluk Ayahnya.
"Mas, katanya Airin main tulis-menulis di halaman belakang. Kita lihat yuk!" ajak Desi tak sabar.
Sementara Airin berlari duluan ke halaman untuk menunjukkan dimana letak tulisan itu dibuat karena tak berhati-hati saat berlari Airin terjatuh tepat di atas tulisan 'air' yang belum sempat menghilang dan tubuhnya pun disorot matahari senja yang menyilaukan mata Adit juga Desi.
Hujan deras pun terjadi, Adit serta Desi memanggil Airin agar cepat masuk ke dalam rumah. Airin menurut menghampiri Adit dan Desi.
"Tulisannya gimana?" tanya Airin sudah basah kuyup.
"Tulisannya pasti sudah hilang karena di guyur hujan sayang, gak papa ya?" ucap Adit menenangkan.