Seharusnya Airin sudah masuk sekolah dari kemarin namun Desi dan Adit masih terlalu khawatir padanya entah itu kesehatan maupun kebahagiannya. Airin sedang bermain di halaman belakang, melihat pot berisi bunga layu yang hampir mati. Merasa kasihan, Airin menghampiri bunga itu lalu menyentuhnya dengan sayang hingga suatu keajaiban terjadi tangannya mengeluarkan air pada bunga yang disentuh. Sontak kejadian barusan membuat Airin bingung sekaligus terkejut.
Bagaimana bisa air muncul begitu saja dari tangannya persis selang air yang sering digunakan Bunda setiap hari untuk menyiram tanaman?
"Apa aku harus bilang ke Bunda kalau tangan aku keluar air? tapi bunda pasti gak percaya apalagi Ayah nanti dibilang bohong lagi," ucap Airin bertanya pada dirinya sendiri.
Beberapa menit kemudian, bunga layu itu segar kembali dan mekar begitu indahnya setelah Airin masuk ke dalam rumah. Bunga itu juga memperbanyak diri hingga menjadi sebuah taman cantik penuh bunga warna pink di halaman belakang rumah Airin.
Airin menutup pintu kamarnya lalu mencoba kekuatan airnya. Ia mengangkat kedua tangannya diarahkan ke langit-langit hingga terjadilah hujan gerimis karya Airin sampai dirinya tertawa riang saat wajahnya terkena air dan melupakan lantai kamarnya sudah tergenang air.
"Airin waktunya... Astaga ini kamar kenapa bisa banjir begini?" teriak Desi histeris setelah membuka pintu karena kamar Airin seperti dilanda banjir dadakan padahal hari ini tidak turun hujan deras. Teriakan Desi mengundang Adit yang baru saja pulang karena ada barang yang tertinggal di kamar. Ia datang terburu-buru ke kamar Airin untuk memastikan apa yang telah terjadi.
"Ada ap..." Adit sedikit terkejut melihat kondisi kamar Airin yang dilanda banjir.
Sementara Airin berpura-pura tidur supaya Desi maupun Adit tidak menaruh curiga kepadanya. Adit menggulung celananya berserta melepas sepatunya dan segera menggendong Airin keluar dari sana lalu dipindahkan ke sofa ruang tamu. Desi mengambil pel dan ember untuk menguras air.
"Kok bisa begini?" tanya Adit kembali lagi ke kamar Airin membantu Desi membereskan kekacauan yang terjadi.
"Aku juga gak tau, pas masuk kamar Airin udah tergenang air," jawab Desi sambil memindahkan ember yang sudah penuh dengan air, "atau mungkin gentengnya bocor ya?" Desi mengamati langit-langit kamar namun terlihat baik-baik saja.
Adit ikut memandang langit-langit. "Kalau begitu aku periksa dulu deh gentengnya," balas Adit walaupun tebakan istrinya terdengar tidak mungkin. Adit menaiki tangga memeriksa genteng di bagian kamar Airin namun tidak ada kerusakan apapun di sana.
"Gentengnya gak ada yang rusak kok," ujar Adit menghela napas karena capek naik genteng.
"Terus air sebanyak ini darimana asalnya, Mas?" tanya Desi bingung.
Di ruang tamu Airin menutup mulutnya agar tawanya tidak terdengar Ayah dan Bundanya sebab sumber kekacauan itu adalah ulahnya.
----
Pagi ini Airin bisa berangkat ke sekolah untuk pertama kalinya setelah kedua orangtuanya berdiskusi panjang kemarin. Ya, Airin selalu saja tidak jadi masuk sekolah namun kali ini akhirnya bisa juga. Saking semangatnya untuk belajar di sekolah, Airin sampai bangun paling awal sampai Desi yang baru saja menghidupkan kompor terheran-heran melihatnya.
"Bunda seragamnya dimana?" tanya Airin menghampiri Desi.
"Nanti Bunda siapkan, kamu mandi dulu," ujar Desi tersenyum.
Airin menghormat. "Siap bunda!"
Airin sudah memakai seragam sekolahnya tak lupa tas beserta sepatu sudah terpakai rapi tinggal berangkat saja ke tujuan.
"Bunda ayo!" seru Airin bersemangat.
"Airin ini baru jam setengah enam sayang, Ayah kamu aja baru mandi," kata Desi sambil menyiapkan sarapan di meja makan.