Airlangga Romance in Highschool

Tari Oktavian
Chapter #6

Chapter #05 Looking for him

Jam istirahat pertama, Dimas menyandarkan punggungnya di depan pintu kelas. Tidak seperti biasa, hari ini nada bicara cowok itu sedikit ketus hingga Caca mengira bahwa si tengil itu mungkin saja salah makan pagi ini.

Dimas tidak pernah bicara dengan nada serius seperti ini sebelumnya. Jelas ada sesuatu yang membuat laki-laki dengan tatanan rambut spike itu kesal pagi ini. Sesuatu yang menghancurkan mood ketua pramuka itu untuk tertawa lima detik yang lalu. Tepat ketika Caca muncul di depan kelasnya dan bertanya, "Aga mana, Dim?"

Wow ....

"Tumben-tumben lo nyariin dia, Ca. Apakah ini tanda-tanda akhir zaman?" balasnya curiga.

Kedua tangan yang semula tersembunyi di saku celana sekarang terlipat di depan dada. Dimas bahkan mengabaikan ajakan teman-temannya untuk ke kantin dan memilih mengintrogasi cewek di depannya saat ini. Ia menyuruh Geo dan Farhan pergi dengan satu kedipan mata dan lambaian tangan yang terang-terang mengusir keberadaan mereka yang jelas hanya menganggu percakapan ‘penting’nya dengan Caca.

Kenyataan bahwa Caca mencari Aga benar-benar merupakan suatu keajaiban dunia bagi Dimas. Keajaiban yang jelas mengusiknya dan jelas tidak ia sukai. Bahkan ketika diri cowok itu berusaha untuk tidak terganggu, rasanya sulit sekali. Seribu tanda tanya langsung muncul di atas kepalanya ketika memandang mata cokelat cewek galak itu.

Seorang Agisha Nanda, cewek yang paling terkenal galak sama semua cowok-cowok di sekolah, yang jelas-jelas amat sangat membenci Aga tanpa diketahui alasannya, tiba-tiba mencari Aga sendiri tanpa perantara dan itu jelas membuat segalanya menjadi sesuatu yang aneh.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa Caca dan Aga adalah dua orang yang saling mengabaikan di sekolah. Tidak ada hubungan apapun yang membuat mereka terlihat seperti teman ataupun musuh. Rival. Kata yang lebih pantas untuk menggambarkan hubungan mereka. Namun semua itu ditepis Aga, karena Aga mengatakan bahwa ia sama sekali tidak punya urusan dengan cewek itu. Apakah Caca akan mengalahkan nilainya di ujian atau tidak, Aga sama sekali tidak peduli.

Namun dengan satu pertanyaan dari Caca barusan, segalanya menjadi tidak wajar bagi Dimas. Ada sesuatu yang terjadi di antara dua orang itu, dan ‘sesuatu’ itu membuat Dimas bertanya-tanya.

"Lo jawab aja Aganya di mana?"

"Lo jawab dulu ada apaan lo nyari Aga?"

Mulut Caca terbuka. Ditatapnya cowok itu tak percaya.

"Kalo lo nggak mau ngasi tau, ya udah, biar gue cari sendiri," jawab cewek itu kesal dan melangkah pergi.

Belum dua langkah, Caca membeku ketika Dimas tiba-tiba saja menempatkan satu tangannya ke tembok, menghalangi Caca. "Kasi tau gue dulu, baru gue ijinin pergi," ucap cowok itu.

Caca mendengus kesal, melangkah ke arah lain. Namun lagi, Dimas meletakkan tangannya ke tembok. Caca menatapnya tak percaya karena kali ini, kedua tangan Dimas justru benar-benar mengurungnya. Cewek itu tidak boleh pergi begitu saja tanpa penjelasan.

"Lo ngapain sih, bego? Gue mau lewat!"

Lihat selengkapnya