Airlangga Romance in Highschool

Tari Oktavian
Chapter #12

Chapter#11 Same Like Her

Bel sekolah yang menandakan jam sekolah telah berakhir sudah berbunyi sejak tadi. Kelas-kelas mulai kosong dan koridor tampak sepi. Penjaga kantin terlihat sedang membereskan dagangan mereka.

Di depan pintu ruang osis sana, tampak seorang pemuda menyandarkan tubuhnya di dinding luar. Menelengkan kepalanya ke arah pintu dengan kedua tangan di dalam saku celana. Seakan-akan ia sedang mencuri dengar pembicaraan seseorang yang ada di dalam ruangan itu. Cowok itu tak lain adalah Aga.

Begitu mengetahui lokasi tempat janjian Caca dan Revival dari Reval, pemilik tubuh tinggi itu beranjak pergi dari sana dengan langkah santai. Lima belas menit sebelum waktu janjian, Aga sudah lebih dulu berada di lokasi. Ia duduk di salah satu meja yang berada di pojok, memilih mengamati diam-diam sambil menyedot Chocolatte Frappenya. Cowok itu sedikit menurunkan topi menutupi wajahnya agar tidak dikenali. Terlebih dengan adanya Dian —teman sekelasnya— dan Ayu —temannya Caca— di sana.

Sesaat kemudian cewek yang menjadi alasannya menunggu di cafe itu datang sambil terengah-engah karena kehabisan napas setelah berlari. Sambil memegangi lututnya kelelahan, cewek itu meminta maaf.  Aga tidak melakukan apapun selain mengamati Caca dan menyedot minumannya sesekali dengan mata bosan hingga habis. Tidak ada yang menarik bagi cowok itu kecuali mendapati bagaimana cara Alvin menatap Caca. Kenyataan itu justru membuat perasaan Aga memburuk. Sesuatu yang aneh perlahan merasuk ke dalam dadanya. Kesal? Kurang lebih begitu. Ia sendiri tidak yakin. Yang pasti, selera minumnya tiba-tiba hilang.

Caca tersenyum pada Alvin, tanpa sadar Aga memalingkan wajah. Sudut bibir cowok itu terangkat samar. Aga tak memerlukan konfirmasi lagi ke mana Alvin pergi setelah Caca beranjak dari kursinya. Bagaimana Alvin mencari alasan untuk bicara berdua dengan Caca bahkan memegang tangan gadis itu, sudah cukup untuk membuat api menjalari tarikan napasnya.

Aga tidak tahu kenapa perasaannya menjadi serba gelisah. Yang pasti, pemandangan itu mengganggunya. Ia sudah berusaha dengan amat keras menahan dirinya untuk tidak mematahkan tangan Alvin saat itu juga.

"Maaf, cewek yang ini nggak boleh dipegang sembarangan," ucap Aga sambil tersenyum ramah.

Mata Caca melebar mengenali Aga. Meskipun wajah cowok itu terlihat menyenangkan, namun cengkeraman tangannya membuat Alvin meringis hingga membuat cowok itu tidak memiliki pilihan lain selain melepaskan tangan Caca. Aga hampir saja meremukkan tangannya. Gila! Pyscho nih orang!

"Dia siapa? Pacar Lo? Bukannya tadi lo bilang lo nggak punya pacar?" kesal Alvin.

"Bu... bukan. Bukan. Emang nggak punya! Dia cuman-"

"Ah, iya. Sorry, lupa ngenalin diri. Gue penguntitnya Caca. Salam kenal,” ucap Aga mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.

Alvin ternganga mendengar jawaban Aga. Ditatapnya Caca kemudian mendengus pelan, tak percaya. Alih-alih menjabat tangan Aga, Alvin justru meninggalkan kedua orang itu dan berlalu pergi. Kembali ke tempat duduknya dengan raut wajah kesal. Harga dirinya sebagai seorang pangeran sekolah, sekarang direndahkan di depan umum oleh orang stress! 

Ditinggalkan Alvin, Aga kembali menarik tangannya yang terulur ke udara.

"Lo kok bisa ada di sini sih?!" desis Caca pada Aga. "Jangan bilang kalo lo ngikutin gue?"

Cowok itu mengedikkan bahu. "Mungkin," ucapnya.

"Hah?"

Aga menurunkan topi, menyeruput chocolate frappenya lalu melangkah pergi dari sana seakan tidak terjadi apa-apa.

"Ga!" panggil Caca. "Aga!"

***

"Kayaknya kita harus cari band yang lain deh. Gimana menurut lo, Yan?"

"Kayaknya sih," sahut Dian.

Caca mengangguk. Berarti Dian juga setuju untuk mencari band lain. Setelah sikapnya yang meninggalkan Alvin dan Rio tiba-tiba tanpa penjelasan sama sekali, kecil kemungkinan cowok itu akan bersedia tampil di pensi nanti. Tidak mungkin dia tidak tersinggung. Dari wajah saja, Caca tahu kalau Alvin amat sangat kesal setiap kali melihat Aga.

Tapi siapa? Siapa yang bisa nampil di acara pensi nanti? Harus cari ke mana lagi?

Lihat selengkapnya