Aga menenggelamkan dagunya pada bahu Caca, membungkam gadis itu.Ia tidak bisa bicara lagi. Suaranya hampir hilang. Yang bisa ia lakukan hanyalah menutup matanya.Merasakan detak jantung Caca yang berdebar keras dalam pelukannya saja, sudah cukup untuk membuatnya tenang.
Ia suka setiap debaran jantung Caca yang bertalu cepat saat ini. Setiap degupannya yang berlomba dengan tarikan napas.
***
Begitu sampai di rumah, Caca menghempaskan tas, tubuh dan hatinya ke kasur dengan keras.Bening matanya memandang kipas angin yang berputar di langit-langit kamar dengan tatapan kosong. Pikirannya masih berada di tempat lain. Dan ia tak tahu kemana pikiran sintingnya itu berada saat ini.
Ia menggeleng keras, berusaha kembali mengumpulkan otaknya yang sedang berkelana jauh lalu memeluk guling kesayangannya, berusaha memejamkan mata. Ia hanya ingin beristirahat dengan nyenyak malam ini. Tanpa bayangan apapun. Tanpa perasaan gundah apapun yang membuat hatinya merasa tidak nyaman saat ini. Astaga!
Namun saat Caca berhasil memejamkan mata, ingatan di apartemen itu justru kembali muncul di kepalanya. Wajah Aga kembali muncul di otaknya.Bagaimana Aga tiba-tiba memeluknya saat itu. Bagaimana ia bisa merasakan debar jantung Aga di dadanya yang bertalu tenang.
Kata-kata yang diucapkan Aga dalam keheningan itu. Kesedihan yang samar-samar terdengar dalam suaranya yang tenang. Kepedihan yang berusaha diredam dalam mata kelabunya yang sendu. Caca tiba-tiba saja berdetak perih.
Sebentar aja, Ca. Setelah itu lo boleh pergi ....
Lagi-lagi Caca menepuk-nepuk dadanya sambil menarik napas dalam-dalam. Seumur hidup, baru kali ini ia dipeluk seorang cowok. Dan bagaimana mungkin bisa-bisanya dia tidak melawan?! Bagaimana mungkin ia membiarkan Aga memeluknya seperti itu?!
Ca, otak lo ilang di mana sih, Ca?! Sadar, Ca! Dia itu Airlangga! Dia Airlangga! Cowok yang seharusnya lo kalahkan! Lo nggak boleh berdebar karena cowok itu! Lo nggak boleh sampe suka sana dia!
"Sekalipun gue tahu gue nggak berhak, sekalipun gue tau kalo lo benci sama gue, tapi gue suka lo ada di sisi gue saat ini.”
Suara Aga kembali muncul dalam benak Caca dan membuat Caca berhenti menjambak rambutnya sendiri.
“Tenang aja. Gue nggak lagi nembak lo. Jadi jangan dijawab.”
Kalau bukan nembak, jadi maksudnya apa coba ngomong kek gitu?!
"Arrrrggghhh!"