Ia baru saja kembali dari kamar mandi dan melemparkan tubuhnya ke atas tempat tidur ketika merasakan bantalnya bergetar dari handphone dan ringtone panjang yang terdengar bersamaan.Buru-buru ia meraih ponselnya dan menempelkan benda itu ke telinga setelah mengenali nomor si pemanggil.
Aga.
“Ya. Kenapa?” tanyanya langsung tanpa perlu mengatakan 'halo'.
'Gue di depan rumah lo sekarang.'
“Hah?!”
Caca langsung melompat dari tempat tidur dan mengintip dari jendela kamar untuk memastikan. Benar saja. Aga sedang berdiri di luar pagar, bersandar pada badan motor sambil mengacungkan plastik putih ke arah gadis yang ada di balik jendela kamar dengan masker di wajah itu.
Melihat wajah Caca berubah menjadi hitam di sana, Aga terkekeh geli, menampakkan barisan giginya yang rapih.
“Tunggu bentar!” perintah Caca hampir tak percaya mendapati Aga benar-benar ada di sana. Kenapa cowok itu selalu saja muncul seenaknya di depan rumah?
Ia buru-buru melepaskan masker lumpur yang ia kenakan dan melemparnya ke tempat sampah sebelum kemudian menghampiri Aga dalam langkah panjang.
“Lo ngapain malem-malem ke rumah orang? Bukannya tadi lo ada urusan mendadak? Kenapa malah nongol lagi disini?"
Aga rersenyum, menyodorkan plastik putih dengan logo lebah kuning dan menggoyang-goyangkan plastik itu usil di depan wajah Caca.
“Gue pengen makan es krim.”
“Terus hubungannya dengan gue?”
“Tadi gue beli satu dapet bonus satu. Nah satunya buat elo.”
Caca memutar bola matanya melihat senyum usil di wajah cowok itu. Ia tidak habis pikir.
“Nggak usah bohong deh, lo. Sekarang lagi nggak ada promo es krim. Lo emang sengaja beli dua, kan?”
“Lo tau darimana emangnya?” Alis Aga terangkat ke atas.
Apa gadis itu bisa melihat isi kepalanya?
Pembaca pikiran?
Indra keenam?
Aga tergelak pelan kemudian mengacak-ngacak rambut Caca dan membuat Caca menepis tangan Aga dengan kesal.
"Rambut gue jadi berantakkan nih!" geramnya marah.
“Lagian kenapa tiba-tiba jadi makan es krim? Kenapa nggak bawa yang lebih mahal dikit kayak martabak telor atau martabak San Fransisco gitu?” gunam Caca sambil membuka pagar, melangkah menuju kursi di teras, membiarkan Aga masuk.