Keesokkan paginya, Caca bangun pagi-pagi sekali dan berangkat sekolah lebih awal.Jika biasanya jam enam lewat empat puluh lima menit batang hidungnya sudah muncul di kelas, hari ini justru belum jam enam ia sudah duduk manis di bangkunya, membuat Solihin kaget karena rekornya selama ini sebagai anak kelas XII IPA 3 yang selalu datang awal, sekarang justru direbut oleh Caca.
“Tumben lo datang awal Ca. Ada apaan emangnya?”
“Pengen aja,” balas Caca singkat, tanpa sadar meniru nada khas Aga sambil membaca novel.
Dan 'pengen aja' nya ini justru berlanjut berhari-hari. Esok demi esoknya lagi, Caca selalu jadi yang terawal tiba di sekolah. Sukses membuat Solihin menggaruk rambutnya keras-keras karena kesal selalu kalah.Datang awal sudah menjadi obsesi Solihin sejak dulu! Apa besok dia harus berangkat subuh biar nggak keduluan sama Caca?!
Solihin tidak pernah tahu bahwa sebenarnya Caca melakukan semua itu demi menghindari Aga.Setiap kali Caca teringat Aga menciumnya malam itu, jantungnya terus saja berdetak tidak menentu dan membuat wajah gadis itu memerah dalam hitungan detik.
Caca berusaha untuk tidak mengingatnya. Namun mustahil. Mustahil jika setiap hari ia melihat wajah Aga di sekolah! Lalu bagaimana caranya agar ia bisa melupakannya?!
Ia sengaja datang pagi-pagi agar bisa melewati kelas Aga yang masih kosong supaya tidak dicegat. Memang bukan Aga yang menyegatnya, tapi Dimas. Dan kalau Dimas melakukannya, jelas Aga akan otomatis langsung menghampiri.
Di hari lainnya Caca pernah menjerit dan memaki pelan ketika menghindari Aga dan tidak sengaja tersandung hingga Dimas yang kebetulan lewat, menangkap tubuh gadis itu sebelum wajahnya mencium lantai. Setelahnya Caca menyeret Dimas pergi dengan paksa seakan dunia sedang membutuhkan cowok itu.
Aga yang sedang menyeruput es lilinnya di koridor kelas, hanya bisa memperhatikan punggung mereka berdua yang semakin menjauh dengan satu alis terangkat. Bingung.
"Perasaan gue ato emang si Caca lagi ngehindarin lo, Ga?" Farhan bingung.
Aga mengedikkan bahunya. Ia juga tidak tahu.
Tiba tiba saja Aga mendengus geli.
Tidak. Ia tarik kembali ucapannya.
Sepertinya ia tahu kenapa Caca menghidarinya.
***
Dddrrrrrtttttttttttttt!!!
Dddrrrrrtttttttttttttt!!!
Dddrrrrrtttttttttttttt!!!
Caca mendekatkan ponselnya ke telinga di sela-sela tidurnya dengan suara masih mengantuk. Namun sedetik kemudian ia menjauhkan benda itu dari kuping.