Airlangga Romance in Highschool

Tari Oktavian
Chapter #28

Chapter#27 Why you hate me?

Caca bergerak menaikkan selimut begitu udara dingin menjalari tulangnya. Ia menggigil. Tangan Ayu menimpa wajahnya dengan kasar. Bergerak menendang selimut di lututnya hingga selimut itu tak lagi menutupi kaki. Ditepisnya tangan Ayu dari wajahnya sambil mengerang pelan. Sesaat kemudian gantian kaki Ayu yang justru menimpa pinggulnya selagi gadis itu meracau dalam tidur.

“Udah gue bilang ... jangan deket-deket bego ... gue tabok lo ntar ... minggir … minggir ....”

Caca kesal.

Demi Tuhan! Ijinkan dia tidur dengan tenang lima menitttttt aja!

Caca menendang kaki Ayu dari balik selimut hingga kemudian membuat Ayu bergerak gelisah dan memeluk seseorang di sisi lainnya. Dian yang risih dipeluk sontak saja menyentak tangan Ayu dari tubuhnya hingga Ayu berbalik kembali memeluk Caca, membuat Caca mengerang pelan.Pada akhirnya Caca menyerah. Ia melempar kasar selimutnya ke wajah Ayu dengan kesal. Menyeret paksa bokongnya keluar dari tenda dengan mata berat kemudian mencuci muka.

Langit masih temaram. Burung-burung bahkan belum berkicaul. Kabut masih tebal pagi itu, terbawa angin dan menjelma layaknya kelambu. Dan matahari bahkan masih belum menampakkan tanda-tanda kemegahannya. Hanya bias cahaya kelabu yang menjadi pengiring bagi sang surya yang sebentar lagi bangun dari singgasana dalam perlahan.

Caca merenggangkan kedua tangannya ke atas, menurunkan satu tangan untuk menutupi mulutnya yang menguap lebar hingga ia melihat seseorang yang tidak asing sedang duduk di ujung bukit sana, di atas pagar pembatas.

“Ngapain lo pagi-pagi di sini?” tanya Caca sebagai bentuk sapaan lalu duduk di samping cowok yang sedang menatap arah kabut awan itu.

Aga melirik sekilas sebelum matanya kembali ke depan.

“Nggak bisa tidur,” jawabnya.

“Lo sendiri?”

“Ayu tidur kayak cacing kena abu. Nggak bisa diem. Besok-besok ingetin gue bawa tali, biar dia bisa gue iket dulu terus gue gulingin dalam selimut biar dia nggak bisa gerak-gerak. Heran gue."

"Kecil aja badan tuh anak tapi giliran tidur, satu tenda langsung di monopoli. Mana tuh tenda gedenya cuman seupil doang. Gimana gue bisa tenang tidurnya coba?”

Laki-laki ikut tertawa meskipun tanpa suara saat matanya menemukan semburat hangat di wajah Caca. Di hangatnya kedua mata coklat yang beralih memandang arah matahari terbit itu.

Caca menggosok-gosok kedua tangan untuk menghilangkan rasa dingin lalu memeluk dirinya sendiri yang kedinginan. Melihat Caca, Aga menarik tudung jaket Caca, menyentaknya ke depan hingga menutupi kepala cewek itu.

“Jangan sampai masuk angin,” ucapnya sebelum Caca bertanya.

Aga menerawang jauh ke depan saat warna magenta mulai terlihat semakin jelas menyambut sang matahari yang perlahan bangun dari tidurnya.

Lihat selengkapnya