Airlangga

Yeni fitriyani
Chapter #20

Malam Pertama

Malam itu, pikiran Airlangga benar-benar kacau setelah membaca surat dari Gendis. Rasa sakit dikepalanya terasa begitu menyiksa, hingga mengaburkan penglihatannya. Airlangga tiba di suatu persimpangan. Jika dia mengambil jalan lurus, mengarah ke kamar Putri Kinanti. Tapi jika dia belok ke kanan, mengarah ke kamar tidurnya. 

Malam itu Airlangga dengan tergopoh-gopoh menyusuri dinding kedaton. Tak kuat menahan rasa sakit dikepalanya. Sesekali dia terhenti karena penglihatannya mulai berbayang. Dia mengatur napas seraya memegangi kepalanya yang cenat cenut. Dan tibalah dia di depan pintu kamar. 

Airlangga membuka pintu kamar, samar-samar terlihat seorang duduk di salah satu kursi. Wajahnya tidak begitu jelas dimata Airlangga, namun dia berjalan mendekati. Orang itu memapah dan membantu dirinya berbaring di tempat tidur. Di saat matanya terasa berat. Airlangga merasakan sekilas kecupan di bibirnya. Sebelum semuanya menjadi gelap

@@@@

Sinar mentari membangunkan Airlangga. Perlahan dia membuka matanya. Seorang gadis yang dia kenali duduk di sampingnya. Gadis itu mengenggam erat tangannya dengan raut wajah cemas. Gadis itu tak lain adalah putri Kinanti. Dia dengan hati-hati membantu Airlangga duduk menyenderkan tubuhnya diranjang.

“Kakang sudah baikan?," suara indahnya bertanya.

Airlangga mengangguk. “Apa tadi malam aku berjalan kemari?," tanya Airlangga.

“Benar."

Airlangga tersenyum sambil memegang kepalanya yang masih terasa pusing. 

Putri Kinanti terlihat begitu cemas. “Saya akan panggilkan tabib kakang." Putri Kinanti beranjak, namun genggaman erat tangan Airlangga menghentikan langkahnya.

“Duduklah, aku hanya butuh istirahat sebentar," ujar Airlangga. 

Putri Kinanti duduk kembali di samping Airlangga. Dia memegangi wajah Airlangga dengan lembut. “Apa kakang masih demam?," tanyanya.

Dan tanpa diduga Airlangga menarik tangan putri Kinanti, menghapus jarak diantara keduanya. 

“Apa kau mencintaiku?," tanya Airlangga. 

Mata putri Kinanti membulat mendengar pertanyaan Airlangga. Putri Kinanti memegangi kembali wajah tampan suaminya. “Aku mencintamu." Mata putri Kinanti menatap bola mata Airlangga, pun sebaliknya. 

Lihat selengkapnya