Sebuah senyum mengembang lebar di depan mataku. Dia menatap. Tatapannya memancarkan pancaran kebahagiaan yang sungguh tak pernah terkira. Aku tahu. Karena binar mata itulah yang menandakan sinyalnya.
Aku membalaskan dengan tatap mata dan senyum yang sama. Atau bahkan lebih-lebih darinya. Senyumku, binar mataku, dan degupan jantungku. Aku yakin semua itu melebihi yang dia miliki.
Senyum yang disunggingkan pada bibir merahnya itu semakin membingkai ayu wajahnya yang entah bagaimana selalu sempurna di mataku. Terpesona. Aku jatuh padanya, sekali lagi.
Aku menatapnya lekat. Matanya juga tak lepasnya dariku. Kami saling menatap terus, terus, dan terus. Membuat jantungku lompat-lompat sangat cepat melebihi cepatnya genderang perang. Ditambah lagi, kami duduk berdua di tengah-tengah pesta seperti ini semakin membuatku besar kepala. Tanpa ingin peduli pada tatapan iri semua mata yang menatap. Ini dunia kami.
"Halo istriku, kamu cantik. Mau menari denganku?" aku mulai bicara. Nadaku terdengar begitu lembut di telinga.
"Hai suamiku, kamu ganteng." Dia lantas tersenyum malu. Rona merah semakin jelas di kedua pipinya. Membuatku semakin gemas. "Jelas, aku mau!"
Sungguh, hatiku membuncah hebat. Jantungku makin lari marathon tanpa henti. Dengan sumeringah aku berdiri dari dudukku, lalu tanganku terulur pada dia yang saat ini mengenakan kebaya hitam yang senada dengan beskap yang aku kenakan kini. Uluranku tersambut hangat. Hatiku makin menghangat.
Dengan langkah perlahan aku menghelanya ke tengah ruangan. Dia berjalan anggun mengikutiku. Langkahnya kecil, karena terbatas pada rok kebaya yang sempit. Aku berhenti tepat di titik pusat ruangan. Begitu pula dengan dia. Aku berbalik, menghadapnya. Dia tersenyum.
Lalu, kami mulai menari. Bersama.
Kami menikmati setiap gerakan yang tercipta. Tak kami pedulikan orang-orang yang berdiri mengintari hanya untuk melihat kami menari di tengah bulatan ruang pesta. Jatuh cinta membuat dunia seakan milik berdua, sementara yang lain biar ngontrak!
"Terima kasih sudah sudi menjadi istriku," aku tersenyum manis. Semanis hatiku yang sangat berbahagia kini.
Dia juga tersenyum. Senyum yang sangat lembut. Menggetarkan jiwa ragaku, lebih-lebih.
Dan...
...
...
...
"AWW!!"