"Nona, hari sudah siang, ayo bangun Nona! Tuan sudah menunggu Anda di meja makan." ucapnya ramah. Pakaian khas pembantu yang melilit tubuhnya sudah terbiasa dia kenakan setiap hari. Kecepatan tangannya dalam mengurus sang nona sudah menjadi kesehariannya. Gorden yang tadinya tertutup rapat, dia buka lebar, membiarkan sinar menerobos masuk mengenai seorang gadis yang berbaring di kasur besarnya.
"Bila, tutup lagi gordennya aku masih mengantuk! Biarkan saja ayah makan sendirian, itu balasan karena semalam meninggalkan aku di restoran!" sungutnya.
Selimut berbulu yang tadinya bertengger di bawah kakinya, dia tarik keatas menutupi seluruh tubuhnya mencoba melindungi diri dari terik sang matahari.
"Tapi Nona, bukankah Nona ada janji dengan seseorang? Lebih baik Nona mandi dulu."
"Masih lama kok! Kan ini masih siang janjian ku itu jam 4 sore. Udah ah ngantuk!"
Bila hanya bisa menghembuskan napas lelah, sembari menutup lagi gorden yang tadi dia buka.
"Bila! Ini jam berapa?" teriaknya dengan suara serak khas bangun tidur.
"Sudah jam 3 Nona." jawabnya lembut di ambang pintu.
"Apa? Kenapa nggak bangunin aku? Masa aku harus bersiap cuma satu jam? Itu nggak cukup!" kesalnya.
"Nona, saya sudah membangunkan anda tadi, tapi anda tidurnya nyenyak sekali. Maaf Nona." Sesalnya dengan menunduk lemah.
Melihat Bila yang merasa bersalah membuat perasaannya sedih, karena dia sadar dia yang sudah menyia-nyiakan waktu. "Oke tidak apa, bagaimana kalau bantu aku memilih pakaian juga sepatu? Aku harus mandi jadi untuk mempersingkat waktu maukah kamu—“
"Oke Nona, saya akan memilihkan pakaian yang sangat cantik untuk Nona." selanya bersemangat.
Dress biru tua kini melilit tubuhnya yang seputih salju. Dengan tas selempang kecil berwarna merah muda bergantung di bahunya.