Akhi-akhi Kosan Sebelah

Meilia Ningrum
Chapter #2

Akhi-akhinya, Beneran Dia?

Safira sedang melihat foto-foto saat kegiatan KKN. Ia tengah memilih beberapa foto yang nanti akan diletakkan di laporan pertanggungjawaban. Kebetulan ia menjadi koordinator program pendidikan saat kegiatan KKN berlangsung sehingga sekarang ia bertugas memeriksa kembali laporan yang telah dibuat divisinya. Sembari merapikannya, ia juga menambahkan beberapa foto kegiatan.

“Serius banget mantengin laptopnya,” ucap Rina menempelkan gelas dingin yang dibawanya ke pipi Safira. Sontak gadis itu langsung menjengit.

“Usil, deh,” respon Safira.

“Lagian kamu serius banget liat laptop, kaya liat jodoh aja,” ucap Rina lalu menyeruput es jeruk yang dibelinya di burjo depan, burjo yang sama saat Safira membeli es teh. “Oiya, Fir. Nanti Dini mau kesini katanya. Mau ngerjain LPJ bareng aku,” tambahnya.

Tepat setelah itu terdengar suara motor matic tepat di depan kos mereka. “Itu Dini bukan, ya?” gumam Rina sambil celingukan. Begitu dilihatnya Dini sedang melihat-lihat rumah di sekitar seperti orang kebingungan, ia langsung membuka pintu dan mengajak gadis itu masuk. Maklum saja, banyak yang belum tahu kos baru ini. Tetapi untung saja rumah ini mudah dideteksi google maps karena bersebelahan dengan usaha laundry yang sudah mendaftarkan alamatnya.

“Enak banget kosan kalian,” ucap Dini begitu masuk ke dalam rumah kos itu. Tak lupa sebelumnya ia mengucap salam yang dijawab oleh Safira dan Rina.

“Iya, dong. Kosan kita gitu, loh,” jawab Rina bangga.

Program KKN telah selesai beberapa hari yang lalu. Sama seperti kegiatan lainnya, hal yang harus dilakukan berikutnya yaitu membuat laporan pertanggungjawaban. Meskipun deadline pengumpulan masih satu minggu lagi, tetapi kebanyakan mahasiswa tak mau menunda. Pasalnya, dibutuhkan waktu untuk revisi agar laporan tersebut benar-benar diterima pihak kampus.

Dini tidak datang hanya dengan tangan kosong. Ia membawa bungkusan besar berisi keripik singkong rasa balado. Mereka yang berada di ruang tamu itu menikmatinya sembari fokus mengerjakan laporan pertanggungjawaban. Mereka hanya bertiga, Nita dan Siska sedang pergi. Sepertinya mengerjakan LPJ di tempat lain. Sesekali obrolan ringan terjadi di antara mereka lalu kembali mengerjakan lagi.

“Ini fotoku sama anak-anak kos, ya, Din?” tanya Rina tiba-tiba. Matanya masih menatap di layar kamera.

Dini mengintip untuk memastikannya. “Iya, bener. Banyak yang bagus tuh foto kalian,” tambahnya.

“Mana? Liat dong.” Safira menghampiri Rina yang masih fokus pada layar kamera di tangannya.

“Iya bagus. Aku minta ya, Din?” tanya Safira antusias.

“Pindahin aja sekarang,” jawab Dini. Ia mencopot memori kamera tersebut lalu menyerahkannya pada Safira.

Gadis itu langsung menyalin file foto tersebut ke laptopnya. Setelah selesai ia mengembalikan memori tersebut kepada Dini. Ia melihat-lihat foto tersebut. Lembar laporan pertanggungjawaban tidak lagi menarik minatnya. Ia hanya memencet tombol next di penampil gambar laptopnya.

Ia dan teman-teman satu kosnya memang tidak ada yang satu posko. Tetapi mereka akhirnya bertemu di acara expo. Di acara tersebut semua desa yang berada di kabupaten yang sama saling mempromosikan desa masing-masing, termasuk produk dan budayanya. Tanpa janjian atau apa, jilbab yang mereka pakai sama, warna biru muda. Mereka hanya saling tertawa ketika melihat jilbab mereka masing-masing. Seperti anak panti asuhan, kata Siska yang suka keceplosan.

Sebenarnya dari tadi foto yang dilihatnya adalah foto yang sama. Tetapi foto yang saat ini tampak di depannya adalah foto yang sedikit berbeda. Dengan gaya candid atau natural, mereka saling tertawa menghadap masing-masing. Ia menyukai foto yang satu itu.

***

“Assalamu’alaikum,” ucap seorang gadis dari luar lalu membuka pintu. Gadis-gadis yang masih berada di ruang tamu menjawab salam tersebut.

“Kalian berdua kaya gitu terus dari pagi?” tanya gadis tersebut, yang tak lain adalah Nita.

“Enggak lah. Kita udah ngerjain LPJ, bahkan udah mandi dua kali,” jawab Rina santai.

“Kirain. Gila ya capek banget bikin LPJ. Padahal dudukan doang,” keluh Nita.

Bukannya simpati, Rina dan Safira malah tertawa.

“Kalian ngetawain aku?” tanya Nita keheranan.

Lihat selengkapnya