Akhi-akhi Kosan Sebelah

Meilia Ningrum
Chapter #3

Buku Catatan

Safira melihat ke seluruh sudut kamarnya, lebih tepatnya menatap dengan jeli. Sebenarnya tak ada yang salah dengan kamarnya. Kamar tersebut selalu ia bersihkan setiap hari sehingga selalu terlihat rapi. Tetapi, kemarin ia baru menyadari telah kehilangan sebuah buku. Sebuah buku catatan berukuran kecil.

Mungkin tak apa jika buku tersebut miliknya. Pasalnya, buku tersebut milik salah satu teman KKN-nya. Tentu ia tak enak hati mengatakan pada temannya kalau buku tersebut hilang entah kemana. Seingatnya, ia menyimpan buku tersebut di dekat buku catatannya sendiri. Tetapi anehnya buku tersebut hilang saat buku miliknya ada di tasnya sendiri. Ia jadi pusing memikirkan soal buku tersebut.

Ia memutuskan untuk keluar kamar daripada berada di dalam kamar membuatnya semakin suntuk. Ia menuju ruang tamu dan dilihatnya Nita sedang berada di sana. “Hari ini kamu nggak ke kampus, Nit?” tanyanya lalu mengambil tempat di sebelah Nita.

Nita menoleh ke sumber suara, “Hari ini enggak, Fir. Harusnya sih hari ini aku bimbingan sama dosen. Tapi nggak jadi karena dosennya ada rapat mendadak,” jawabnya. “Mukamu suntuk begitu, kenapa?” tanyanya melihat wajah Safira yang sepertinya sedang kesal.

“Buku yang kemaren aku cari belum ketemu juga sampe sekarang,” jawab Safira kesal.

“Di kamar nggak ada?” tanya Nita balik. Safira hanya menggeleng.

“Apa mau coba cari di kamarku? Soalnya aku nggak pernah liat buku yang kamu bilang itu,” ajak Nita kepada Safira.

Kemarin gadis berjilbab besar ini sempat heboh karena kehilangan satu buku catatan. Dari deskripsi buku yang diberikannya, ia, Siska, dan Rina merasa tak pernah melihat Safira memiliki buku seperti itu. Mereka sangat tau Safira lebih sering membeli buku catatan yang sampulnya bergambar kartun. Tetapi buku yang dihilangkan Safira kemarin yaitu buku catatan bergambar bola basket.

“Nggak usah deh, Nit. Aku inget banget nggak bawa buku itu kemana-mana. Aku panik karena itu buku temen KKN-ku,” jawab Safira pasrah.

“Oalaah, pantesan bukunya beda gitu,” timpal Nita. “Buku cowok, ya?” ucapnya berusaha menebak.

“Iya. Itu punya ketua kelompok KKN-ku,” jawab Safira.

Terdengar suara salam lalu pintu dibuka. Ternyata itu Siska. Ia membawa bungkusan plastik berwarna hitam lalu meletakkannya di meja.

“Ntar malem kalian ada acara nggak?” tanya Siska bersemangat. Ia menduduki sofa di seberang Nita dan Safira.

“Aku sih enggak kemana-mana. Ada apa?” jawab Nita sekaligus menanyai Siska kembali.

Safira menatap Siska curiga. Tumben sekali gadis ini ceria setelah bimbingan? pikirnya. Ia lebih sering melihat Siska cemberut acap kali selesai bimbingan karena dosennya sering memberikan revisi seabrek kepadanya. Ia tahu hari ini Siska pergi ke kampus untuk bimbingan karena semalam gadis itu sempat meminta pendapatnya tentang hasil revisi bimbingan sebelumnya.

“Tumben banget kamu semangat abis bimbingan. Udah dapat ACC dari dosen?” tebak Safira. Itu bukan hanya sebuah tebakan, tetapi juga sebuah harapan.

“Bukan, bukan. Dosen pembimbingku mah setia sama kebiasaannya, kasih revisi mulu,” jawab Siska dengan bibir manyun.

“Terus, kenapa kamu kayaknya senang dikasih revisi begitu?” tanya Nita tanpa menghiraukan ekspresi Siska.

“Kenapa jadi mbahas revisianku coba. Aku tadi kan nanya nanti malem kalian ada acara apa enggak.” Siska berusaha mengembalikan pokok pertanyaannya tadi. “Kamu belum jawab, Fir,” cecarnya pada Safira.

“Nggak ada. Mau ngapain emang?” tanya Safira penasaran.

Siska menjelaskan kalau cowok-cowok kosan sebelah mau mengajak mereka untuk makan bersama nanti malam. Sejak pulang dari program KKN mereka belum pernah sekalipun ngobrol-ngobrol lagi seperti saat mereka pindahan. Ia menerima ‘undangan’ makan tersebut dari David. Kebetulan ia bertemu cowok itu di burjo pertigaan saat ia mampir untuk membeli pisang goreng tadi di burjo tersebut. Safira dan Nita hanya ber-o ketika mendengar penjelasan dari Siska.

“Gimana? Jadi nanti malem kita makan bareng sama mereka lagi, ya,” tanya Siska lagi memastikan.

“Aku sama Safira bisa. Nggak tau tuh kalo Rina,” jawab Nita.

“Kalo Rina pergi sama pacarnya ya biarin aja deh. Yang penting kalian berdua ikut. Titik!” Siska menatap tajam kepada kedua temannya. Nita dan Safira hanya begidik melihat tatapan tersebut.

***

Lihat selengkapnya