Pagi ini Aqilla sudah tampil cantik dengan kemeja putih, rok panjang berwarna coklat susu dan kerudung warna senada dengan rok. Ia mulai hijrah, tak memakai pakaian terbuka ke luar rumah. Niat itu sudah ada di hati dirinya sejak lima bulan yang lalu. Setelah, mendapat nasehat dari seluruh keluarganya, ia mulai berubah. Dengan langkah gontai, ia turun dari kamarnya menuju ke meja makan untuk sarapan.
"Masya Allah, anak papa sudah cantik banget.. Mau kemana kamu?" tanya Papa takjub.
"Aku mau ke kantor, Pa.. Aku harus bertemu dengan klien." kata Aqilla menatap papanya.
"Kamu ngapain bawa koper juga?" Mama memandang anak bungsunya heran.
"Aku mau ke Bali, Ma, Pa. Ada urusan kantor, harusnya Anggita dan Andini mewakili namun semalam sekretaris perusahaan Bali meminta aku untuk bertemu." ucap Aqilla tersenyum.
"Harus hari in berangkatnya Sayang? Padahal nanti sore kita kedatangan tamu loh." Papa mengusap bahu Aqilla.
"Tamu siapa, Pa?" tanya Aqilla masih asyik makan pancake buatan mamanya.
"Teman papa mau datang bersama anak dan keluarganya. Mau ketemu sama kamu." Aqilla sontak kaget ketika mendengarnya.
"Pak Devan Benjamin dan keluarganya mau datang?" Aqilla memastikan perkataan papanya.
"Iya, Nak, mereka sudah lama tidak datang. Terakhir mereka kesini lima tahun yang lalu." jawab mama ikut bergabung di meja makan.
"Maaf, Pa, Ma aku nggak bisa. Aku sudah beli tiket, sudah janji juga. Papa kan selalu bilang ke aku janji harus ditepati walaupun di keadaan genting." Papa hanya mengangguk.
"Mama tidak setuju kamu berangkat. Mereka sudah menyempatkan hadir untuk bertemu dengan kita. Pokoknya, kamu nggak boleh pergi, untuk urusan ke Bali mama yang akan bilang. Karena, CEO perusahaan yang ingin kamu ajak kerjasama mama kenal." Aqilla ingin membantah, tapi dia takut jika mama dan papa sudah memberikan perintah tak bisa ditolak.
"Ikuti saja keinginan kami, kamu bisa menyusul besok atau lusa." kata Papa tersenyum.
"Nggak!! Aku tetap berangkat.. Mulai hari ini, Aqilla tidak akan menuruti keinginan papa dan mama lagi!!!" Aqilla bergegas pergi meninggalkan papa dan mamanya yang masih memanggil dirinya.
"Anakmu tuh keras kepala banget." ujar papa kesal.
"Itu anakmu juga, Mas."
"Pokoknya kita harus buat rencana gimana caranya Aqilla tak jadi berangkat ke Bali!!" Mama setuju dengan ide papa.
Papa langsung menghubungi orang suruhannya untuk membantu rencana ini. Hari ini, ia harus kembali ke rumah. Setelah, papa menghubungi Dani dan lima temannya, papa langsung menuju ke kamar mamanya. Rencana dimulai.
***
Sesampainya Aqilla di bandara, Sherly dan Dania sudah ada disana menunggu sambil menatap layar ponsel masing-masing. Dirinya langsung menghampiri sahabatnya.
"Hallo, sudah lama menunggu?" sapa Aqilla kepada Sherly dan Dania
"Dari tadi tahu kita nungguin lo." ujar Dania kesal.
"Lo ngapain sih? Lama banget, untung pesawatnya belum terbang." kata Sherly cemberut.
"Macet di jalan tadi." jawab Aqilla singkat.
Ketika, mereka bertiga sudah melakukan check in untuk keberangkatan ke Bali secara tiba-tiba Aqilla dan kedua sahabatnya terkejut karena pesawat yang mereka naiki sudah terbang lima belas menit yang lalu. Ia dan kedua temannya kaget ketika mendengar pemberitahuan tersebut dari pihak bandara.
"Mbak, gimana sih kok pesawat yang saya naiki sudah terbang.. Tidak ada pemberitahuan sebelumnya lagi." cerocos Aqilla marah.
"Mohon maaf, Kak, saya tidak tahu perihal itu." ucap perempuan yang bernama Asri, salah satu pramugari pesawat.
"Saya nggak mau tahu, saya harus berangkat ke Bali sekarang!!!" ucap Aqilla tegas.
Terjadi perdebatan di antara Aqilla dengan perempuan yang berjaga di loket check in bandara. Ia dengan kesal berlalu pergi menuju ke luar bandara. Dengan kesal dan air mata yang sudah membasahi pipinya, ia membawa tas dan kopernya menuju ke tempat berhentinya taksi.
"Qilla..Qilla.." Sherly dan Dania dengan cepat berlarian menuju ke arah sahabatnya.
"Lo jalan cepat banget sih, kita sampai capek nih.." omel Dania ketus.
"Habis gua kesal banget sama itu perempuan dan semua orang yang ada di loket check-in. Sudah tahu kita buru-buru ke Bali, malah ditinggal sama pesawat." ucap Sherly mengeluarkan unek-uneknya.
Tiba-tiba ada mobil pajero sport berhenti, papa dan mama keluar dari mobil menghampiri anaknya. Betapa kagetnya, Sherly bertemu dengan Richard dan Bella kedua orang tuanya.
"Halo, Sayang kamu ketinggalan pesawat ya.." ujar papa tersenyum puas.
"Kok papa tahu sih?" Aqilla mulai curiga dengan keberadaan papa dan mamanya.
"Kok kamu masih disini? Bukannya kalian bertiga harusnya di ruang tunggu?" Mama berpura-pura tidak tahu dengan kejadian yang terjadi.
"Oh, pesawatnya delay selama 60 menit, Pa.." ucap Aqilla berbohong membuat kedua temannya kaget.
"Kok bisa delay?" Aqilla kehabisan kata-kata.
"Kamu nggak usah bohong, papa dan mama yang merencakan ini semua.." Sontak Sherly kaget mendengar penuturan papanya.
"Sengaja papa merencanakan ini karena kamu harus hadir di acara dinner nanti malam. Papa tidak menerima alasan apa pun dari kamu, sekarang juga kita pulang.. Untuk keberangkatan ke Bali, papa sudah menghubungi klien untuk datang ke Jakarta besok pagi." ucap Papa dingin.
"Kok papa jahat banget sama Aqilla, kenapa papa harus melakukan ini semua.. Papa tahu aku berjuang dari nol bisnis ini, sekarang papa dan mama menghancurkan semuanya!!! Mulai sekarang, aku akan tinggal sendiri." Aqilla pergi meninggalkan kedua orang tuanya dan sahabatnya. Ia entah pergi kemana, moodnya sudah hancur atas kelakuan papa dan mamanya.