Pagi ini Aqilla sedang olahraga keliling komplek sendirian. Keluarga yang lain sudah ada yang pulang semalam, hanya tersisa tiga kakaknya yang masih betah di rumah. Kak Sabrina, Bang Samudra dan Kak Alana yang masih belum pulang.
"Capek banget olahraga dari jam 05.00 pagi.." ucap Aqilla kesal.
"Kamu sudah selesai saja olahraganya, padahal papa baru aja mau olahraga." Aqilla kaget papa, mama, dan tiga kakaknya sudah siap dengan pakaian olahraga.
"Mau kemana, Pa, Ma? Papa dan mama tidak berangkat kerja?" tanya Aqilla heran.
"Nih lihat kalender, hari apa sekarang." Bang Samudra melempar kalender meja yang berada di meja belajarnya.
"Oh iya, aku lupa Bang.. Maklum, orang kaya lupa hari karena banyak meeting.." ucap Aqilla tertawa.
"Iya..iya..jomblo mah bebas ya.." ujar Bang Samudra cemberut.
"Bebas sih, tapi perusahaan mengejar aku terus. Capek aku, lagi enak tidur datang Anggita bawa map suruh tanda tangan, sedang nonton drakor datang Andini bilang ada klien, makan enak di rooftop kantor disuruh rapat sama klien. Pusing aku, mau santai nggak ada waktu.." cerocos Aqilla.
"Memang gitu, Sayang, namanya kerja pasti banyak banget yang harus diurusi dan dikerjakan. Walaupun posisimu saat ini CEO, tapi pemimpin tidak hanya nonton drakor, main handphone, tidur, makan enak di cafe. Seharusnya seorang CEO atau pemimpin turut membantu bukan memerintah bawahan. Ingat ya, sampai kapanpun kamu nggak boleh kasar atau menyuruh orang. Selagi kamu bisa, kenapa nggak dikerjakan. Belajar dari papa dan mama, dulu kami pernah kayak kamu malas kerja dan bawaannya pengen tidur, santai di rumah hingga Allah SWT. menegur kami dengan perusahaan menjadi bangkrut karena ditipu oleh manajer keuangan. Makanya dari itu, mama dan papa berusaha untuk membangun bisnis dengan baik dan turut membantu." Aqilla tersentuh hatinya ketika mendengar nasihat mamanya, papa yang dari tadi diam menatap layar handphone, mendengar perkataan istrinya langsung kagum.
"Memang aku nggak pernah salah pilih istri, daripada si Natasha nggak bisa kerja.." Papa keceplosan mengungkap rahasia di masa lalunya.
"PAPA!!!" tegur mama dengan suara pelan.
"Maksud papa, Bunda Natasha asyik membangun bisnis. Bisnis yang dibangun bersama suaminya sukses dan menjadi terbesar dan terbaik di Indonesia." ucap papa tersenyum malu.
"Untung saja istriku melerai, coba kalau tidak rahasiaku terbongkar. Semua akan benci kepadaku.." gumam Papa.
"Kamu mau ikut olahraga gak, Sayang?" ajak papa sambil memakai kaos kaki.
"Nggak perlu, Pa.. Jam 10.00 aku mau shopping sama Bunda Natasha." Aqilla berjalan menuju kamarnya.
"Naik apa kesana?" tanya Papa penasaran.
"Naik perahu, Pa.." jawab Aqilla asal.
"Papa, mama, dan kakakmu nggak diajak. Parah banget shopping berdua aja..Jangan-jangan kamu modus pengen dibelikan cincin nih.." canda Kak Sabrina dilanjut tawa oleh semua keluarga.
"Sembarangan, ada obrolan rahasia antara aku dengan Bunda Tasha.." Kak Sabrina bukan berhenti tertawa, malah semakin kencang tawanya.
"Kok kamu lucu banget, pakai ada obrolan rahasia segala.." Aqilla meninggalkan kakak dan orang tua yang masih asyik tertawa.
Sampai di kamar, Sherly mencoba mengirim pesan kepada Azada. Dilihatnya, ternyata sudah banyak pesan masuk dari handphone bobanya.
"Sayang, kamu jadi ke mall bareng Bunda?" tanya Azada melalui pesan whatsapp.
"Jadilah, aku baru mau mandi." balas Aqilla.
"Aku yang mengantar kalian berdua, itu permintaan ayah. Sebenarnya, mama pengennya pergi naik mobil bareng kamu. Katanya pengen memberikan nasihat atas kejadian kamu kemarin." kata Azada membuat Aqilla kaget.
"Nasihat apa, Zada? Kayaknya serius banget.." Aqilla langsung melempar handphone ke kasur, lalu pergi menuju kamar mandi. Ia mulai mandi dengan gerakan cepat.
Selesai mandi, handphonenya berbunyi sangat kencang membuat dirinya sontak kaget. Dengan cepat, ia mengangkat telepon dari Bunda Natasha.
"Assalamualaikum, Aqilla.. Maafkan bunda ya tidak bisa menemani kamu shopping karena secara mendadak sahabat bunda waktu di kampus mengajak ketemuan di Sudirman. Teman bunda, anaknya mau lamaran di bulan depan. Makanya, bunda dan teman-teman yang lain mau turut bantu." mohon Bunda Natasha di telepon.
"Walaikumsalam, nggak apa-apa Bun. Lagian, aku bisa kok pergi sama sendirian belanja." jawab Aqilla tersenyum di telepon.
"Nggak, lebih baik kamu berangkat aja sama Azada. Kebetulan, dia mau cari kemeja, celana, tas, buku, sepatu, batik, jam tangan, dan makanan." kata Bunda Natsha di sambungan telepon.
"Banyak banget yang mau dibeli, habis 200 juta itu mah.." Tawa Bunda Natasha terdengar sangat kencang di telepon.
"Bukan 200 juta lagi, 100 triliun dollar." Aqilla tertawa mendengar candaan bunda Azada.
"Ya sudah, 15 menit lagi Azada akan jemput kamu. Jangan pulang malam, maksimal jam enam sore sudah sampai rumah. Lewat dari jam itu, belikan bunda sepatu atau baju ya.." Aqilla mengiyakan perintah bunda Azada.
"Bercanda loh, bunda tadi. Jangan dimasukkan ke hati ya.." ucap Bunda Natasha tersenyum.
"Kalau gitu, aku mau siap-siap dulu ya.. Assalamualaikum."
"Oke, dandan yang cantik ya.. Nanti kirim foto kamu sama dia ya, Walaikumsalam." Telepon berakhir, papa dan mama serta Kak Sabrina menguping dari balik pintu kamar tertawa mendengar perkataan calon mertua anaknya.
"Ya Allah, gimana kita beritahu semua masa lalu kamu, Sayang.. Aku takutnya nanti dia malah benci dan marah." batin Mama.