"Aqilla, BANGUN..BANGUN..BANGUN.." teriak Kak Sabrina dengan suara cemprengnya.
"Apa sih, Kak..masih jam 03.00 pagi sudah bangunin aku aja.." gerutu Aqilla tak suka.
"Sudah jam 10.00 pagi!!! Bangun anak gadis masih asyik tidur, mentang-mentang di hotel bangun kayak bayi dibangunkan!!" kata Kak Sabrina ngedumel.
"Iya..iya..aku bangun kok.." Aqilla dengan rasa kantuknya bangun dari kasur menuju kamar mandi untuk bersih-bersih.
Jam menunjukkan 12.30 siang, seluruh keluarga sudah pulang ke rumah masing-masing. Berbeda dengan Aqilla beserta keluarga Azada yang memilih untuk menunda kepulangan mereka ke Jakarta. Lagi pula, saat itu sedang libur tiga hari. Mereka semua memutuskan untuk jalan-jalan dan rencana ingin menginap di rumah Oma Aurel, nenek Azada yang sudah sepuh.
"Hari ini kita ke rumah Oma aja yuk.." kata Bunda Natasha tersenyum.
"Kalau aku ikut aja sih, tapi merepotkan nggak sih, Tas.." ucap mama nggak enak hati.
"Nggak kok, lagi pula Oma kangen sama kamu. Dulu kan, kamu main ke rumahku setiap hari Sabtu dan Minggu bahkan sampai berbohong ke papi dan mamimu agar menginap satu hari lagi. Terakhir kamu kesini kan sebelum nikah, Oma memberikan pesan kepadamu tentang pahit dan manisnya rumah tangga." Kenangan dahulu teringat kembali di benak mama, bagaimana bisa ia menjadi ibu yang jahat kepada anak-anaknya, sedangkan sahabatnya sudah baik kepadaku.
"Bunga, kamu kenapa bengong? Kamu sakit? Vertigomu kambuh lagi?" tanya Bunda Natasha panik.
"Ada apa? Kok kamu teriak-teriak begitu?" Kedua suami dengan bingung menghampiri kedua istrinya di taman hotel.
"Nggak apa-apa, aku lapar belum sarapan.." jawab mama tersenyum lebar.
"Loh kok belum sarapan? Bukannya tadi kita ke restoran?" kata papa Aqilla heran.
"Biasa perempuan kan makannya banyak, Pa.." ucap mama tertawa.
"Ya sudah yuk kita berangkat, anak-anak sudah menunggu di mobil." Akhirnya mereka memutuskan untuk pergi meninggalkan hotel.
"Aku harus cari waktu untuk mengobrol dengan Natasha. Dia harus tahu semuanya.." batin mama tersenyum.
***
Selama di perjalanan menuju ke rumah Oma Aurel, Mama Bunga tampak murung. Biasanya, ia akan senang mengobrol bersama sahabatnya. Namun, berbeda dengan saat ini, dirinya tampak memikirkam sesuatu.
"Kamu kenapa? Biasanya kamu tertawa, kok sekarang diam begini." ucap Bunda Natasha heran.
"Nggak apa-apa kok, Tasha.." jawab Mama Bunga tersenyum.
"Kamu sakit, Sayang? Kok aku lihat seperti tak semangat gitu.." kata Papa Aqilla khawatir.
"Nggak apa-apa, aku kecapean aja." Bunda Natasha curiga dengan sahabatnya, entah kenapa seperti ada yang ditutupi.
"Kita makan dulu yuk, aku yang traktir deh.." kata Om Mario, suami Bunda Natasha tersenyum.
"Nggak usah, Mami sudah masak banyak makanan untuk kita." tolak Bunda Natasha tegas.
"Itu loh anak-anak kasihan kelaparan, bukan cuma mereka aja tapi keluarga Aqilla juga kelaparan.." kata Mario berbisik.
" Aku sudah pesan makanan di jalan, di belakang. Ada pizza, burger, sampai nasi kebuli pesanan Mami juga sudah aku beli.." ucap Bunda Natasha berbicara dengan suaminya menggunakan bahasa Rusia.