Suara hingar bingar musik yang berdentuman menghanyutkan suasana. Wajah-wajah yang dulu lelah dan cemberut karena harus memikirkan berbagai macam ujian kini diganti dengan senyum dan tawa bahagia bersama. Tiga tahun merajut cerita suka dan duka, malam ini cerita itu akan usai menggenapkan seluruh cerita yang belum selesai.
“ Ikut gue sebentar Sha.” Kata seorang pemuda menghampiri sekumpulan gadis yang sedang asyik tertawa.
“ Ada apa?.” Gadis itu menoleh, membalikkan badan nya ke arah pemuda yang menghampirinya. Tanpa ada jawaban, tangan gadis itu ditarik keluar, menjauhi kerumunan teman-temannya.
“ Ada masalah?.” Ulang gadis itu setelah menjauh dari keramain teman-temannya dan suara dentuman musik.
“ Ini.” Jawab pemuda itu sambil mengeluarkan sesuatu di balik badannya.
“ Apa?.”
“ Buku.”
“ Buat lo.” Katanya menambahkan.
Tampak gadis itu menautkan kedua alisnya, “ Buku apa.”
“ Buat nulis segala curahan hati lo, dan gue pengen setiap lo nulis lo kasih buku itu ke gue buat gue baca.”
Gadis itu terkekeh pelan menunjukkan deretan gigi putihnya, terlihat semakin manis meski berada di bawah kerlap-kerlip lampu yang minim penerangannya .
“ Gue mau gue tetap tahu semua cerita lo meski gue jauh dari Lo, Sha.”
“ Tapi kan ada ponsel?.” Gadis itu menautkan kedua alisnya.
“ Karena kalau ponse l ngga setiap waktu gue jawab pesan lo, tapi dengan buku ini gue harap lo bisa bilang semuanya seolah-olah buku itu gue, gue yang selalu siap dengerin curahan Lo,Sha.” Pemuda itu berkata lembut, sambil menggenggam erat tangan gadis di depannya.
“ Makasih yaa.” Gadis itu sedikit terisak, terlihat matanya berkaca-kaca. Pemuda itu menarik gadis di depannya ke dalam pelukannya. Memeluknya erat, seolah mengisyaratkan bahwa ia akan selalu ada di samping gadis itu.
“ Ada satu hal lagi yang mau gue bilang sama Lo.” Bisiknya di telinga gadis itu, lalu ia melepaskan pelukannya.
“ Apa?.” Gadis itu mendongak, menatap lurus mata pemuda di depannya.
“ Buka halaman pertama di buku itu.” Suruhnya. Tak butuh waktu lama untuk membaca kata apa yang ditulis di halaman pertama buku itu.
“ Lo ngga harus jawab pertanyaan gue sekarang, gue bisa tunggu.” Pemuda itu berbicara, memahami bahwa ini bukan situasi yang mudah.
Gadis itu terdiam, seperti masih memikirkan apa yang harus dilakukannya.
“ Bentar lagi gue tampil, jadi lo bisa pikirin dulu. Gue mau siap-siap.”
Saat pemuda itu hendak melangkahkan kaki pergi, gadis di depannya menahannya. Pemuda itu menoleh ke arahnya, bersiap untuk mendapat kemungkinan jawaban yang mungkin tak di inginkannnya. Tak ada kata-kata yang terucap dari bibir gadis itu, hanya sebuah anggukan kecil yang lantas membuat wajah pemuda itu sumringah, tersenyum lebar.
“ Lo serius Sha?.”
Lagi-lagi jawaban gadis itu hanya anggukan kepala.
“ Iya gue mau, Gue bener-bener sayang sama Lo.” Kata gadis itu kemudian melangkah maju memeluk pemuda di hadapannya.
***